METODE PENELITIAN BAHASA
JUDUL, LATAR BELAKANG, DAN RUMUSAN
MASALAH
DOSEN: Gede Rai Parsua,S.Ag., M.Pd.
IHDN DENPASAR
OLEH
NAMA : LUH YANTINI
NIM : (11.1.2.2.1.242)
INSTITUT
HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
FAKULTAS
DHARMA ACARYA
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA AGAMA
PENDIDIKAN
BAHASA BALI
TAHUN 2014
Judul
:
ANALISIS
MAKNA, NILAI RELIGIUS DAN PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM KEKAWIN
DADAP SANGKUR PADA BARIS DADAP SANGKUR
DI DESA PAKRAMAN TEMBOK.
Latar Belakang
Agama
merupakan suatu kepercayaan yang dianut oleh seseorang bukan kerena suatu
paksaan melainkan kerena suatu naluri diri untuk mempercayai suatu agama
tertentu. Tentu kita sudah tidak asing dengan kata agama. Setiap agama memiliki
kepercayaannya masing-masing. Jika berbicara masalah agama, pasti sudah tidak asing
lagi dengan yang namanya Agama Hindu, yang merupakan agama yang tertua, agama yang
mempercayai Ida Sang Hyang Widhi Wasa
yang membuat semuanya ada. Masyarakat hindu di bali selain terkenal dengan
nyayahnya, juga terkenal dengan tradisinya. Tradisi turun temurun dari nenek
moyangnya.
Bali
memiliki banyak keunikan, tradisi, adat istiadat yang luar biasa uniknya,
banyak orang mengatakan hidup di bali seperti hidup dirumah tuhan. Karna di
bali identik dengan hidup nyayah dan beryadnya. Dengan yadnya masyarakat
beragama hindu di bali memiliki kehidupan yang makmur dengan berdampingan
dengan seni dan tradisinya. Bali tidak pernah lepas dari seninya, jika diluar
sana banyak orang gencar-gencarnya membicarakan teknologi dan iptek, namun
masyarakat bali tetap membicarakan, dan berlomba-lomba untuk nyayah dan
mengasah kemampuan seninya, ini bukanlah tuntutan namun ini adalah kesadaran
yang timbul dari dalam diri masyarakat hindu di bali
Bila menyinggung masalah agama
tidaklah bisa lepas dari yang namanya suatu adat-istiadat, tradisi atau
kebiasaan . Agama identik dengan tradisinya, agama selain menumbuhkan kita menjadi manusia yang
memiliki moral, etika, susila, agama juga membentuk kita menjadi orang yang
memiliki jiwa seni, baik dari seni anyam, suara, gerak/tari, maupun musik.
Semua itu karena adanya suatu agama yang dipercayainya. Bagi kita agama hindu,
kata ngayah bukanlah suatu kata yang asing, karena sudah kita sering dengar.
Ngayah identik dengan beryadnya, beryadnya tidak selalu berupa uang. Namun bisa
dalam bentuk tenaga, hiburan dan lain sebagianya. Ngayah menjadikan kita
manusia yang memiliki sifat olas asih, gotong royong dan sebagai ajang untuk
mengasah kemampuan diri .
Jika kita berbicara masalah ngayah tentu kita
sudah sering melihat. Orang-orang yang menari pada saat upacara-upacara keagamaan.
Salah satunya yaitu Tarian Baris berkelompok. Setiap desa memiliki keunikan
tari yang berbeda-beda, khususnya di
desa pakraman Sambirenteng yang semula bernama desa Kayu Samah ada satu tarian
unik yang sering disebut dengan Tari Baris Dadap Sangkur yang menggunakan
kekawin Dadap Sangkur. Tarian ini sudah ada
sejak desa adat ini berdiri. Desa pakraman sambirenteng tergolong desa
kuno yang didalamnya masih menganut tradisi yang sangat kental salah satunya
yaitu tarian baris ini. Di desa Pakraman Sambirenteng ada tiga tarian baris,
yang pertama disebut baris, kedua presi dan yang ketiga disebut dengan dadap
yang lengkapny bernama Dadap Sangkur. Tarian Dadap Inilah yang angat unik dan
masih dilestarikan keberdaannya disamping tarian baris lainnya.
Tarian
ini ditarikan dalam upacara keagamaan besar seperti bhatara Tuun Kabeh dan
upacara-upacara Dewa Yadnya besar
lainnya. Setiap irama kekawin yang dikumandangkan memilkki nilai religius yang
tinggi selain gerakanny yaga sangat berfariasi. Tarian Dadap Sangkur selalu
disambut hangat bagi para penontonnya, karena dibandingkan tarian baris yang
lainnya tarian Dadap Inilah yang memiliki keunikan yang tinggi.
Tari
Dadap Sangkur yang menggunakan kekawin Dadap Sangkur ditarikan oleh 8 orang
penari, yang menarikan tarian dan saling
bersautan lagu satu sama lain lagu itu tergolong lagu kekawin yang diikat oleg
guru dan laghu. Tarian Dadap Sangkur membawa sebuah jukung kecil dan keris.
Tarian baris Dadap Sangkur menceritakan tentang parajurit yang berperang. Dalam
tarian ini menggunakan nyanyian pembuka
sebagai tanda dimulainya tarian tersebut.
Jika
dilihat masa sekarang bisa dikatakan
sulit untuk menguasai dua seni sekaligus yaitu seni tari dan suara, namun
berbeda di desa pakraman Sambirenteng, calon-calon pragina baris sudah direkrut
dari masuk organisasi sekaa Truna Truni. Agar nantinya jika terpilih menjadi
anggota pragina tidak terlalu susah untuk mempelajarinya, seperti halnya
menguasai tarian Dadap Sangkur
Tari
Dadap Sangkur dulu dimiliki oleh Panca Satak diataranya desa Sambirenteng, Desa Pinggan, Desa Siakin, Desa Songan, dan
Desa Tembok. Dan sampai sekarang kelima desa itu tetap melestarikan. Tarian ini
selain dituntut supaya mahir dalam menggerakkan anggota tubuh, juga dituntut untuk mahir dalam
cengkok kekawin, karena kekewin yang ditembangkan merupakan pokok dalam tarian
ini.
Berbicara
mengenai kekawin tentu kita tidak akan bisa lepas dari guru dan lagu yang mengikat kekawin tersebut. Kekawin pada
umumnya menggunakan bahasa kawi yang mengandung makna-makna tertentu di
dalamnya. Kekawin merupakan salah satu bentuk kesusastraan dalam bentuk tembang
atau nyanyian.
Kesusastraan
Bali telah dikategorikan sebagai salah satu bentuk sastra daerah di Indonesia
yang masih hidup di dalam lingkungan kebudayaan masyarakat Bali. Sebagaimana
halnya dengan kesusastraan lainnya, kesusastraan Bali masih hidup dan
berkembang baik secara lisan maupun tertulis. Misalnya kesusastraan Bali lisan
yaitu berupa tutur dari mulut kemulut, sedangkan kesusastraan Bali tertulis
yaitu berupa tutur, tapi teksnya masih bisa ditemukan, misalnya dalam bentuk
teks satua, geguritan, kekawin dan lain-lain.
Hal
tersebut dapat terlihat dari hasil karya sastra berbahasa Bali yang terus
tumbuh dan berkembang. Di dalam pertumbuhan dan perkembangannya, kesusastraan
Bali masih banyak dipengaruhi oleh kesusastraan Indonesia. Kesusastraan Bali
merupakan hasil karya cipta sastrawan serta merupakan hasil imajinasi orang
Bali yang menjadi kebudayaan dan dilestarikan secara turun temurun, karena
didalam kesusastraan Bali tersebut tersirat pendidikan karakter yang dipakai
tauladan dalam kehidupan sehari-hari, yang tidak akan bisa punah oleh
perkembangan zaman. Hasil dari pada karya satra berkembang dan menjadi hasil
kebudayaan yang adiluhung dan berkembang berkat pendukungnya atau pencipta dari
karya sastra itu sendiri dan penikmatnya.
Secara
garis besar kesusastraan Bali dapat dibedakan menjadi dua yaitu kesusastraan
Bali purwa dan kesusastraan Bali anyar. Istilah kesusastraan Bali purwa sering disebut dengan istilah
kesusastraan Bali tradisional sedangkan kesusastraan Bali anyar sering disebut
dengan kesusastraan Bali modern. Kekawin merupakan bentuk karya sastra Bali tradisional
yang sangat di gemari pada zaman dahulu sampai sekarang . kekawin adalah ungkapan pribadi
manusia yang dituangkan lewat irama-irama suci yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa
Keberadaan
sastra khususnya kekawin banyak
mengandung pendidikan karakter yang dapahami sebagai cermin kehidupan.
Memperkenalkan kekawin pada masyarakat
khalayak setidaknya dapat membentuk
kepribadian menjadi lebih baik. pesan yang terkandung dalam kekawin dapat mengajarkan kita menjadi
manusia yang lebiah baik dari sebelumnya, karena dalam kekawin mengandung unsur tutur yang didalamnya banyak tersirat
pesan-pesan yang sangat baik kita pelajari.
Apabila
kita telusuri kekawin sesungguhnya
bukan hanya merupakan suatu hasil karya sastra yang memiliki nilai yang tinggi,
akan tetapi lebih dari pada itu. Kekawin banyak menyimpan filsafat hidup yang sangat
bermanfaat bagi kehidupan manusia dan dapat dijadikan pedoman hidup dalam
membina kehidupan bermasyarakat dan tuntutan hidup dalam pembentukan pribadi
dan budi pekerti yang luhur bagi bangsa Indonesia pada umumnya dan masyarakat
Bali pada khususnya. Alam dalam kaitannya dengan pendidikan, maka kekawin adalah salah satu media untuk
memberikan nilai-nilai pendidikan yang sifatnya mendidik.
Kekawin
merupakan sebuah bentuk sastra yang dipakai media untuk menyampaikan nasehat
atau tutur yang disampaikan dengan irama-irama yang merdu yang biasanya
menggunakan bahasa kawi atau bahasa jawa kuna. kekawin merupakan alat
pendidikan untuk membantu orang tua
zaman-zaman dulu untuk menumbuhkan sikap-sikap moral yang baik dan kekawin
tidak saja dipakai sebagai sarana upacara keagamaan. kekawin yang pada khususnya mengandung nilai-nilai pendidikan
akan memberikan nasehat-nasehat yang baik yang patut ditiru sebagai cermin
dalam menjalani kehidupan.
Pentingnya
nilai pendidikan yang terkandung dalam sastra menyebabkan kekawin tersebut perlu
dikaji. Karya-karya sastra Bali sebagai salah satu khasanah budaya dan refleksi
kepribadian masyarakat Bali, merupakan sesuatu yang bernilai tinggi dan perlu
dikaji secara berkesinambungan, dan nantinya dapat sebagai alat pemandu dalam
kehidupan.
Memilih
sebuah karya sastra yang berupa kekawin bukan
hanya sekedar menganalisis apa yang terdapat dalam kekawin tersebut, melainkan dapat memberikan sebuah kontribusi
kepada kalangan akademisi, masayarakat, dan anak-anak mengenai apa yang
tersurat serta tersirat dalam sebuah karya sastra kekawin tersebut. Karena dalam sebuah karya sastra yang berupa kekawin , pengarang akan selalu
menyelipkan sebuah nilai-nilai, yang sifatnya mendidik untuk kehidupan manusia,
setelah kita mampu untuk mencari makna dan nilai dari kekawin itu, pembaca dapat
mengaflikasikan nilai-nilai tersebut dalam menjalani kehidupan seterusnya.
Sebuah
karya sastra kekawin akan selalu
dapat berkembang dan eksis apabila didukung oleh pendukungnya itu sendiri,
artinya selalu ada orang yang mau
melestarikan karya sastra yang berupa kekawin tersebut setidaknya
dapat memperkenalkan karya sastra yang berupa kekawin dari kalangan anak-anak, remaja sampai pada yang dewasa,
karena sebuah karya sastra yang berupa kekawin
dapat dijadikan media dalam sebuah
pembelajaran, sehingga dapat menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam
sebuah karya sastra kekawin itu sendiri.
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi yang
begitu pesat keberadaan karya sastra yang berupa kekawin , secara perlahan mulai ditinggalkan oleh masyarakat,
bahkan sudah menjadi sesuatu hal yang kurang menarik dihati para masyarakat,
khusunya bagi remaja atau anak-anak. Mereka lebih senang mendengar musik-musik
band, pop , anak-anak lebih tertarik pada musik modern, karena dalam musik memiliki
keunggulan dibandingkan kekawin misalnya menggunakan alat musik yang modern dan
bisa difariasikan , penyayi yang memiliki penampilan yang menarik sesuai dengan
tuntutan zaman , jenis musik yang beranekaragam, dan kata-kata yang digunakan
lebih gampang dan mudah untuk diingat, sehingga remaja akan lebih mudah
mengingat dan menirukan musik tersebut . Bila kita bandingkan dengan karya
sastra yang berbentuk kekawin ,
secara umum masih menggunakan bahasa yang sulit untuk dipahami, tidak
menggunakan alat musik yang menarik , sehingga remaja atau anak-anak kurang menarik dengan kekawin . Meskipun demikian disisi lain masih ada juga sebagian
masyarakat yang ingin melestarikan keberadaan kekawin-kekawin tersebut.
Karena dalam sebuah karya sastra yang berbentuk kekawin memiliki banyak
nilai-nilai filsafat kehidupan. Keberadaan karya sastra yang tercipta melalui
elemen masyarakat sangat khas dan melekat pada jiwa si pengarang maupun si
penikmat. Kekawin merupakan suatu karya sastra tradisional masih
memiliki tempat di hati masyarakat sekarang.
Seperti
fenomena dalam sebuah kekawin yang
berjudul kekawin Dadap Sangkur.
Meskipun kekawin ini tidak begitu
dikenal dimasyarakat luas dan hanya desa-desa tertentu yang tau, namun
didalamnya mengandung banyak nilai-nilai yang mendidik serta memiliki
pesan-pesan moral yang banyak diambil dari kehidupan sosial dimasyarakat,
sehingga bagi yang memahami kekawin ini pasti akan mengetahui pesan-pesan yang
terkandung dalan kekawin ini, karena banyak
hal yang tersirat dalam kekawin ini,. Yang membuat kekawin Dadap Sangkur pada baris Dadap Sangkur menarik untuk dikaji
yaitu karena beberapa isi yang terdapat didalamnya mengajarkan bahwa kita sebagai manusia harus senantiasa
menjalankan ajaran dharma walaupun dalam mencapai dharma itu kita harus
merasakan penderitaan.
Untuk
itu penulis sangat tertarik untuk mengkaji karya sastra tradisional yang berupa kekawin“ Dadap Sangkur pada Baris Dadap
Sangkur ” untuk mengetahui makna,
nilai religius dan pendidikan karakter yang terkandung di dalamnya dengan
judul “ANALISIS MAKNA, NILAI RELIGIUS ,DAN PENDIDIKAN
KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM KEKAWIN DADAP SANGKUR PADA BARIS DADAP
SANGKUR DI DESA PAKRAMAN SAMBIRENTENG”.Adapun alasan peneliti memilih kekawin
tersebut sebagai bagai bahan kajian
adalah kerena dalam kekawin ini banyak amanat-amant yang tersirat yang sangat
penting untuk bisa kita terdampak dalam kehidupan bermasyarakat sehingga sangat
menarik untuk dikupas dan di teliti baik dari segi maknan,nilai religius maupun
pendidikan karakter yang dikandungnya. Disamping itu, penelitian ini sedikit
tidaknya dapat memberikan jawaban makna, nilai religius dan pendidikan karakter
apa saja yang terkandung dalam kekawin, sehingga kita dapat menerapkannya dalam
kehidupan bermasyarakat.
Rumusan Masalah ;
1. Makna
apakah yang terkandung dalam kekawin
Dadap Sangkur ?
2. Nilai
Religus apakah yang terkandung dalam Kekawin Dadap Sangkur ?
3. Bagaimana
pendidikan karakter yang terkandung dalam kekawin Dadap Sangkur?