BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Perkembangan konsep penilaian pendidikan yang ada pada saat
ini menunjukkan arah yang lebih luas. Penilaian program pendidikan atau
penilaian kurikulum menyangkut penilaian terhadap tujuan pendidikan, isi
program, strategi pelaksanaan program dan sarana pendidikan. Penilaian proses
belajar-mengajar menyangkut penilaian terhadap kegiatan guru, kegiatan siswa,
pola interaksi guru-siswa dan keterlaksanaan program belajar-mengajar.
Sedangkan penilaian hasil hasil belajar menyangkut hasil belajar jangka pendek
dan hasil belajar jangka panjang.
Dengan demikian, inti penilaian adalah proses memberikan
atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria
tertentu. Proses pemberian nilai tersebut berlangsung, baik dalam bentuk
validitas maupun reliabilitas. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang
dinilainya adalah hasil belajar siswa.
Keberhasilan mengungkapkan hasil dan proses belajar siswa
sebagaimana adanya (objektivitas hasil penilaian) sangat tergantung pada
kualitas alat penilaiannya di samping pada cara pelaksanaannya.
Berdasarkan beberapa data di atas serta dikaitkan dengan
permasalahan yang akan saya jelajahi, maka penulisan ini akan difokuskan pada
pembahasan tentang “Validitas dan
Reliabilitas Tes Hasil Belajar Siswa” agar dapat lebih memahami apa itu
sebenarnya validitas dan reliabilitas serta lebih memahami bagaimana mengetahui
suatu alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimanakah Validitas Hasil Belajar
Siswa?
1.2.2.
Bagaimanakah Reliabilitas Tes Hasil Belajar Siswa?
1.2.3. Bagaimanakah
hubungan validitas dengan reliabilitas ?
1.3
Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui Validitas
Hasil Belajar Siswa.
1.3.1.
Untuk mengetahui Reliabilitas Tes Hasil Belajar Siswa .
1.3.1. Untuk mengetahui
hubungan validitas dengan reliabilitas.
1.4
Manfaat
1.4.1.
Bagi mahasiswa sekaligus sebagai calon guru, supaya bisa mengerti dengan
baik mengenai validitas dan
reliabilitas tes, supaya nantinya bisa melakukan proses evaluasi sebagaimana
mestinya.
1.4.2.
Bagi penulis hendaknya dapat lebih memahami tentang validitas dan reliabilitas
tes. Supaya dalam pengaplikasiannya bisa berjalan secara maksimal.
BAB II
PEMBAHASAN
VALIDITAS DAN RELIABILITAS TES HASIL
BELAJAR SISWA
SERTA HUBUNGAN VALIDITAS DENGAN RELIABILITAS
TES
Keberhasilan mengungkapkan hasil dan proses belajar siswa
sebagaimana adanya (objektivitas hasil penilaian) sangat bergantung pada
kualitas alat penilaiannya di samping pada cara pelaksanaannya.
Suatu alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila
alat tersebut memiliki atau memenuhi dua hal, yakni ketepatan atau validitasnya
dan ketetapan atau keajegannya atau reliabilitasnya.
2.1.
Validitas Tes Hasil Belajar Siswa.
2.1.1.
Pengertian Validitas
Validitas atau kesahihan menunjukan pada kemampuan suatu
instrumen (alat pengukur) mengukur apa yang harus diukur, seseorang yang ingin
mengukur tinggi harus memakai meteran, mengukur berat dengan timbangan,
meteran, timbangan merupakan alat ukur yang valid dalah kasus tersebut. Dalam
suatu penelitian yang melibatkan variabel/konsep yang tidak bisa diukur secara
langsung, masalah validitas menjadi tidak sederhana, di dalamnya juga menyangkut
penjabaran konsep dari tingkat teoritis sampai tingkat empiris (indikator),
namun bagaimanapun tidak sederhananya suatu instrumen penelitian harus valid
agar hasilnya dapat dipercaya.
Menurut Azwar (1986) validitas berasal dari kata validity yang
mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya. Menurut Arikunto (1999) validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes. Menurut Nursalam (2003) validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian validitas
di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa validitas adalah suatu standar
ukuran yang menunjukkan ketepatan dan kesahihan suatu instrumen.
Menurut Arikunto (1999) suatu tes dikatakan valid apabila
tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes memiliki validitas yang
tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran
antara tes dan kriteria.
Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek
kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak hanya mampu
menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran
yang cermat mengenai data tersebut.
Cermat berarti bahwa pengukuran itu dapat memberikan
gambaran mengenai perbedaan yang sekecil- kecilnya di antara subjek yang satu
dengan yang lain. Sebagai contoh, dalam bidang pengukuran aspek fisik,
bila kita hendak mengetahui berat sebuah cincin emas maka kita harus
menggunakan alat penimbang berat emas agar hasil penimbangannnya valid, yaitu
tepat dan cermat. Sebuah alat penimbang badan memang mengukur berat, akan
tetapi tidaklah cukup cermat guna menimbang berat cincin emas karena perbedaan
berat yang sangat kecil pada berat emas itu tidak akan terlihat pada alat ukur
berat badan.
Demikian pula kita ingin mengetahui waktu tempuh yang
diperlukan dalam perjalanan dari satu kota ke kota lainnya, maka sebuah jam
tangan biasa adalah cukup cermat dan karenanya akan menghasikan pengukuran
waktu yang valid. Akan tetapi, jam tangan yang sama tentu tidak dapat
memberikan hasil ukur yang valid mengenai waktu yang diperlukan seorang atlit
pelari cepat dalam menempuh jarak 100 meter dikarenakan dalam hal itu
diperlukan alat ukur yang dapat memberikan perbedaan satuan waktu terkecil
sampai kepada pecahan detik yaitu stopwatch.
Menggunakan alat ukur yang dimaksudkan untuk mengukur suatu
aspek tertentu akan tetapi tidak dapat memberikan hasil ukur yang cermat dan
teliti akan menimbulkan kesalahan atau eror. Alat ukur yang valid akan memiliki
tingkat kesalahan yang kecil sehingga angka yang dihasilkannya dapat dipercaya
sebagai angka yang sebenarnya atau angka yang mendekati keadaan sebenarnya.
2.1.2. Macam-Macam Validitas
Di dalam buku Encyclopedia
of Educational Evaliation yang ditulis oleh Scarvia B. Anderson dan kawan-kawan disebutkan:
A test is valid if it measures what
it purpose to measure.
Atau jika diartikan lebih kurang demikian: sebuah tes dikatakan valid apabila
tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Dalam bahasa Indonesia “valid”
disebut dengan istilah “sahih”.
Sebenarnya pembicaraan validitas ini bukan ditekankan pada
tes itu sendiri tetapi pada hasil pengetesan atau skornya.
Contoh:
Skor
yang diperoleh dari hasil mengukur kemampuan mekanik akan menunjukkan kemampuan
seseorang dalam memegang dan memperbaiki mobil, bukan pengetahuan orang
tersebut dalam hal yang berkaitan dengan mobil. Tes yang mengukur pengetahuan
tentang mobil bukanlah tes yang sahih untuk mekanik.
Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran
dan dari hasil pengalaman. Hal yang pertama akan diperoleh validitas logis (logical validity) dan hal yang kedua
diperoleh validitas empiris (empirical
validity). Dua hal inilah yang dijadikan dasar pengelompokan validitas tes.
Secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu validitas
logis dan validitas empiris.
1. Validitas Logis
Istilah “validitas logis” mengandung kata “logis” berasal
dari kata “logika” atau validitas logis sering juga disebut sebagai analisis
kualitatif yaitu berupa penalaran atau penelaahan. Dengan makna demikian maka
validitas logis untuk sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid
berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena
instrumen yang bersangkutan sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan
ketentuan yang ada. Sebagaimana pelaksanaan tugas lain misalnya membuat sebuah
karangan, jika penulisan sudah mengikuti aturan mengarang, tentu secara logis
karangannya sudah baik. Berdasarkan penjelasan tersebut maka instrumen yang
sudah disusun berdasarkan teori penyusunan instrumen, secara logis sudah valid.
Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa validitas logis dapat dicapai
apabila instrumen disusun mengikuti ketentuan yang ada. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa validitas logis tidak perlu diuji kondisinya tetapi langsung
diperoleh sesudah instrumen tersebut selesai disusun.
Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah
instrumen, yaitu validitas isi dan validitas konstrak (construct validity). Validitas isi bagi sebuah instrumen menunjuk
suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan isi materi pelajaran
yang dievaluasi. Selanjutnya validitas konstrak sebuah instrumen menunjuk suatu
kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan konstrak aspek-aspek kejiwaan
yang seharusnya dievaluasi.
Untuk menganalisis soal ditinjau dari segi teknis, isi, dan
editorial. Analisis secara teknis dimaksudkan sebagai penelaahan soal
berdasarkan prinsip-prinsip pengukuran dan format penulisan soal. Analisis
secara isi dimaksudkan sebagai penelaahan khusus yang berkaitan dengan
kelayakan pengetahuan yang ditanyakan. Analisis secara editorial dimaksudkan
sebagai penelaahan yang khususnya berkaitan dengan keseluruhan format dan
keajegan editorial dari soal yang satu ke soal yang lainnya.
Analisis kualitatif lainnya dapat juga dikategorikan dari
segi materi, konstruksi, dan bahasa. Analisis materi dimaksudkan sebagai
penelaahan yang berkaitan dengan substansi keilmuan yang ditanyakan dalam soal
serta tingkat kemampuan yang sesuai dengan soal. Analisis konstruksi
dimaksudkan sebagai penelaahan yang umumnya berkaitan dengan teknik penulisan
soal. Analisis bahasa dimaksudkan sebagai penelaahan soal yang berkaitan dengan
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menurut EYD. Melalui analisis
kualitatif dapat diketahui berfungsi tidaknya sebuah soal.
2 Validitas
Empiris
Istilah “validitas empiris” memuat kata “empiris” yang
artinya “pengalaman”. Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris
apabila sudah diuji dari pengalaman. Analisis soal secara kuantitatif
menekankan pada analisis karakteristik internal tes melalui data yang diperoleh
secara empiris. Karakteristik internal secara kuantitatif dimaksudkan meliputi
parameter soal tingkat kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas. Khusus
soal-soal pilihan ganda, dua tambahan parameter yaitu dilihat dari peluang
untuk menebak atau menjawab soal benar dan berfungsi tidaknya pilihan jawaban,
yaitu penyebaran semua alternative jawaban dari subyek-subyek yang dites. Salah
satu tujuan dilakukannya analisis adalah untuk meningkatkan kualitas soal,
yaitu apakah suatu soal dapat diterima karena telah didukung oleh data
statistik yang memadai, diperbaiki karena terbukti terdapat beberapa kelemahan atau
bahkan tidak digunakan sama sekali karena terbukti secara empiris tidak
berfungsi sama sekali.
Sebagai contoh sehari-hari, sesorang dapat diakui jujur oleh
masyarakat apabila dalam pengalaman dibuktikan bahwa orang tersebut memang
jujur. Contoh lain, seseorang dapat dikatakan kreatif apabila dari pengalaman
dibuktikan bahwa orang tersebut sudah banyak menghasilkan ide-ide baru yang
diakui berbeda dari hal-hal yang sudah ada. Dari penjelasan dan contoh-contoh
tersebut diketahui bahwa validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan
menyusun instrumen berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, tetapi
harus dibuktikan melalui pengalaman.
Ada dua macam validitas empiris, yakni ada dua cara yang
dapat dilakukan untuk menguji bahwa sebuah instrumen memang valid. Pengujian
tersebut dilakukan dengan membandingkan kondisi instrumen yang bersangkutan
dengan kriterium atau sebuah ukuran. Kriterium yang digunakan sebagai
pembanding kondisi instrumen dimaksud ada dua cara, yaitu yang sudah tersedia dan
yang belum ada tetapi akan terjadi di waktu yang akan datang. Bagi instrumen
yang kondisinya sesuai dengan kriterium yang sudah ada tersedia, yang sudah ada
disebut memiliki validitas “ada sekarang”, yang ada dalam istilah bahasa
inggris disebut memiliki concurrent
validity. Selanjutnya instrumen yang kondisinya sesuai dengan kriterium
yang diramalkan akan terjadi, disebut memiliki validitas ramalan atau validitas
prediksi, yang dalam istilah bahasa inggris disebut memiliki predictive validity.
2.1.3. Jenis-jenis Validitas
Menurut Sudijono (2009) terdapat berbagai jenis validitas,
antara lain:
1. Pengujian Validitas Tes Secara Rasional
Validitas rasional adalah validitas yang diperoleh atas
dasar hasil pemikiran, validitas yang diperoleh dengan berpikir secara logis.
a. Validitas Isi (Content Validity)
Valditas isi berkaitan dengan
kemampuan suatu instrumen mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Ini berarti
bahwa suatu alat ukur mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang
hendak diukur.
Validitas isi dari suatu tes hasil belajar adalah validitas
yang diperoleh setelah dilakukan penganalisisan, penelususran atau pengujian
terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut. Validitas isi
adalah yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil
belajar yaitu: sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil
belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara representatif
terhadap keseluruhan materi atau bahkan pelajaran yang seharusnya diteskan
(diujikan).
Misalnya test bidang studi IPS, harus mampu mengungkap isi
bidang studi tersebut, pengukuran motivasi harus mampu mengukur seluruh aspek
yang berkaitan dengan konsep motivasi, dan demikian juga untuk hal-hal lainnya.
Menurut Kenneth Hopkin penentuan
validitas isi terutama berkaitan dengan proses analisis logis, dengan dasar ini
Dia berpendapat bahwa validitas isi berbeda dengan validitas rupa yang kurang
menggunakan analisis logis yang sistematis, lebih lanjut dia menyatakan bahwa
sebuah instrumen yang punya validitas isi biasanya juga mempunyai validitas
rupa, sedang keadaan sebaliknya belum tentu benar.
b. Validitas konstruksi (Construct Validity)
Konstruk adalah
kerangka dari suatu konsep, validitas konstruk adalah validitas yang berkaitan
dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep yang
diukurnya. Menurut Jack R. Fraenkel
validasi konstruk (penentuan validitas konstruk) merupakan yang terluas
cakupannya dibanding dengan validasi lainnya, karena melibatkan banyak prosedur
termasuk validasi isi dan validasi kriteria.
Validitas konstruksi juga dapat diartikan sebagai validitas
yang ditilik dari segi susunan, kerangka atau rekaannya. Adapun secara
terminologis, suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang telah
memiliki validitas konstruksi, apabila tes hasil belajar tersebut telalh dapat
dengan secara tepat mencerminkan suatu konstruksi dalam teori psikologis.
2. Pengujian Validitas Tes Secara Empirik
Validitas empirik adalah ketepatan mengukur yang didasarkan
pada hasil analisis yang bersifat empirik. Dengan kata lain, validitas empirik
adalah validitas yang bersumber pada atau diperoleh atas dasar pengamatan di
lapangan.
a. Validitas ramalan (Predictive validity)
Validitas ramalan
adalah suatu kondisi yang menunjukkan seberapa jauhkah sebuah tes telah dapat
dengan secara tepat menunjukkan kemampuannya untuk meramalkan apa yang bakal
terjadi pada masa mendatang.
Contohnya apakah test masuk sekolah
mempunyai validitas ramalan atau tidak ditentukan oleh kenyataan apakah
terdapat korelasi yang signifikan antara hasil test masuk dengan prestasi
belajar sesudah menjadi siswa, bila ada, berarti test tersebut mempunyai
validitas ramalan.
b. Validitas bandingan (Concurrent Validity)
Tes sebagai alat pengukur dapat dikatakan telah memiliki
validitas bandingan apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan
secara tepat mampu menunjukkan adanya hubungan yang searah, antara tes pertama
dengan tes berikutnya.
2.2.
Reliabilitas Tes Hasil Belajar Siswa.
2.2.1. Pengertian
Reliabilitas
Menurut Sugiono
(2005) Pengertian Reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian
alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat
ukur itu dilakukan secara berulang. Reabilitas tes adalah tingkat keajegan
(konsitensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk
menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada
situasi yang berbeda-beda. Menurut Sukadji (2000) reliabilitas suatu tes adalah
seberapa besar derajat tes mengukur secara konsisten sasaran yang diukur.
Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya sebagai koefisien.
Koefisien tinggi berarti reliabilitas tinggi. Menurut Nursalam (2003) Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau
pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali –
kali dalam waktu yang berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati sama –
sama memegang peranan penting dalam waktu yang bersamaan.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian
reliabilitas di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa reliabilitas adalah
suatu keajegan suatu tes untuk mengukur atau mengamati sesuatu yang menjadi
objek ukur.
Reliabilitas,
atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian
alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes
dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang
lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip
(reliabilitas antar penilai).
2.2.2. Reliabiltas
dalam penelitian
1. Ketergantungan (dependability).
Konsep ketergantungan berkaitan erat
dengan keterandalan. Hasil dari pengujian awal diharapkan akan konsisten dengan
pengujian-pengujian berikutnya.
- Hasilnya selalu berupa numerik dan tak boleh berubah-ubah
Karena
merupakan karakteristik dari proses ukuran. Reliabilitas selalu menunjukkan
keandalan instrumen penelitian dalan berbagai bentuk, yakni hasil pengujian
yang sama jika dilakukan oleh orang yang berbeda (inter-penilai), hasil
pengujian yang sama jika dilakukan oleh orang yang sama dalam waktu berbeda
(pengetesan ulang), hasil pengujian yang sama jika dilakukan oleh orang yang
berbeda dalam waktu bersamaan dengan tes yang berbeda (bentuk paralel), dan
hasil pengujian yang sama dengan menggunakan berbagai pernyataan-pernyataan
membangun (konsistensi internal).
2.2.3. Jenis-Jenis Reliabilitas
1. Reliabilitas stabil (stability reliability)
Mengacu pada waktu. Untuk menentukan
stabilitas, tes dilakukan ulang terhadap variabel yang sama di waktu yang
berlainan. Hasil pengujian tersebut akan dibandingkaan dan berkorelasi dengan
pengujian awal untuk memberikan stabilitas.
2. Reliabilitas terwakili (representative reliability)
Mengacu pada keterandalan masing-masing
grup. Menguji apakah penyampaian indikator sama jawabannya saat diterapkan ke
kelompok yang berbeda-beda.
3. Reliabilitas seimbang (equivalence reliability)
Menerapkan banyak indikator yang dapat
dioperasionalisasikan ke semua konsepsi pengukuran. Kesetaraan keandalan akan
menggunakan dua instrumen untuk mengukur konsep yang sama pada tingkat
kesulitan yang sama. Reliabilitas atau tidaknya pengujian akan ditentukan dari
hubungan dua skor instrumen, atau lebih dikenal dengan hubungan antara variabel
bebas (independen variable) dengan variabel terikat (dependen
variable).
Cara
meningkatkan
- Mengonsep satu variabel dengan jelas.
- Setiap pengukuran harus merujuk pada satu dan hanya satu konsep/variabel. Sebuah variabel harus spesifik agar dapat mengurangi intervensi informasi dari variabel lain.
- Menggunakan level pengukuran yang tepat. Semakin tinggi atau semakin tepat suatu level pengukuran, maka variabel yang dibuat akan semakin reliabel karena informasi yang dimiliki semakin mendetail. Prinsip dasarnya adalah cobalah melakukan pengukuran pada level paling tepat yang mungkin diperoleh.
- Gunakan lebih dari satu indikator. Dengan adanya lebih dari satu indikator yang spesifik, peneliti dapat melakukan pengukuran dari range yang lebih luas terhadap konten definisi konseptual.
- Gunakan Tes Pilot, yakni dengan membuat satu atau lebih draft atau dalam sebuah pengukuran sebelum menuju ke tahap hipotesis (pretest). Dalam penggunaan Pilot Studies, prinsipnya adalah mereplikasi pengukuran yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu dari literatur-literatur yang berkaitan. Selanjutnya , pengukuran terdahulu dapat dipergunakan sebagai patokan dari pengukuran yang dilakukan peneliti saat ini. Kualitas pengukuran dapat ditingkatkan dengan berbagai cara sejauh definisi dan pemahaman yang digunakan oleh peneliti kemudian tetap sama.
2.3. Hubungan Antara Validitas Dengan Reliabilitas
Umumnya orang
berpendapat bahwa validitas mempunyai hubungan proporsional dengan
reliabilitas. Orang menduga bahwa semakin valid suatu tes, semakin reliabel dan
sebaliknya. Dugfaan itu tidkak sepenuhnya salah, tetapi juga tidak sepenuhnya
betul (Noeng Muhadjir,1984:56)
Ada kemungkinan hubungan antara
valkiditas reliabilitas itu bersifat independent, bebas satu sama lain dan
dapat pula bersifat detrimental.
Bila tes itu
heterogen, mungkin mempunyai reliabilitas keajegan internal rendah., tetapi
mempunyai validitas predikatif yang tinggi. Bila suatu tes bersifat homogeny
mungkin sekali mempertinggi reliabilitas tanpa mempengaruhi validitasnya dengan
menambah item tanpa menambah varians menambah varians dalam factor umum yang
tidak bersangkutan dengan kriteria.
Tujuan validitas
dan reliabilitas seringkali bersilanga. Bila kita ingin mempunyai suatu tes
reliabel sekaligus valid dengan koefisien tinggi, sering kita mengerjakan
pekerjaan yang mempunyai tujuan bersilangan. Reliabilitas maksimal membutuhkan
interkorilasi tinggi antaritem, sedangkan validitas prediktif yang maksimal
memerlukan interkorilasi antaritem rendah. Reliabilitas maksimal membutuhkan
item dengan tingkat kesukaran sama, sedangkan validitas prediktif maksimal
menuntut tes memiliki taraf kesukaran berbeda, sehingga perlu kompromi.
Bila
kita ingin mempertinggi reliabilitas suatu tes dan sekaligus mempertinggi
validitas, cara yang dapat ditempuh adalah menambah varian factor umum.
Namun
jika langkah ini kita ambil, sebaiknya diperhitungkan apakah penambahan factor
umumini dapat terjangkau oleh peserta didik. Oleh karena itu perlu dalam
penentuan perencanaan, terutama dalam penyusunan kisi-kisi tes, factor umum
yang akan diperbanyak itu diperhitungkan juga jangan terlalu keluar dari
program dan proses pendidikan sebelumnya.
PENITUP
3.1 Kesimpulan.
Berdasarkan
isi dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
1.
Suatu
alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila alat tersebut
memiliki atau memenuhi dua hal, yakni ketepatan atau validitasnya dan ketetapan
atau keajegannya atau reliabilitasnya.
2.
Validitas
berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga
betul-betul menilai apa yang yang seharusnya dinilai. Penilaian tersebut tidak
tepat (valid). Alat penilaian yang telah valid untuk suatu tujuan tertentu
belum otomatis akan valid untuk tujuan yang lain.
3.
Reliabilitas
berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai
taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang
tetap. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan
hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat
dikatakan tidak berarti.
4.
Validitas
terkait dengan ketepatan objek yang tidak lain adalah tidak menyimpangnya data
dari kenyataan, artinya bahwa data tersebut benar, maka konsep reliabilitas
terkait dengan pemotretan berkali-kali.
3.2
Saran
Demikianlah makalah ini kami
buat, semoga apa yang telah disajikan akan memberikan ilmu dan informasi.
Selanjutnya demi kesempurnaan makalah ini kami memohon saran dan kritik guna
memperbaiki dikemudian hari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar