KATA PENGANTAR
“Om swastiastu”
Puji syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, karena atas asung kertha wara nugraha nyalah, saya dapat menyelesaikan
tugas ini tepat waktu,dan tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada dosen pengajar
dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini , dari dukungan
ide,materi dan motivasi.
Makalah ini dibuat dalam rangka melengkapi tugas sebagai
nilai dari mata kuliah Manajemen Pendidikan , dengan makalah yang berjudul
“Manajemen Kurikulum”
Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari bahwa banyak
kekurangan-kekurangan, hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman yang saya miliki, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun guna menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaan dan menambah pengetahuan bagi para pembaca.
“Om
santhi,santhi,santhi Om”
DAFTAR
ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHILUAN
1.1 Latar
Belakang………………………………………………………1
1.2 Rumusan
Masalah…………………………………………………...1
1.3 Tujuan……………………………………………………………….2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan fungsi
kurikulum……………………………………3
2.2 Prinsif pengembangan kurikulum……………………………….......6
2.3 Model kurikulum untuk abad ke-21
………………………………..8
2.4 kurikulum berbasis kompetensi…………………………………….10
2.5 Implikasi penerapan kurikulum
berbasis kompetensi………………13
BAB
III KESIMPULAN ………………………………………………………15
DAFTAR PUSTSKA………………………………………………………….16
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kurikulum adalah hal yang sangat penting dalam
dunia pempelajaran atau pendidikan,dan bukan istilah yang asing lagi kita
dengar. Kurikulum sangat erat kaitannya dengan bagaimana proses pendidikan itu
dilaksanakan.dewasa ini kurikulum yang sudah dijalankan cukup
bermacam-macam,dari tingkat SD,SMP/SLTP,SMA/SMK,bahkan perguruan tinggi juga
mengenal yang dengan yang namanya kurikulum.
Berbicara
masalah kurikulum, tidak sesederhana yang kita pikirkan. Tidak jarang suatu
kurikulum itu diganti pada saat kurikulum sebelumnya belum bisa dimengerti atau
belum bisa dijalankan dengan baik dalam proses pendidikan. Itu yang menyebabkan
para tenaga kependidikan sangat kewalahan dalam mengatasi masalah kurikulum
tersebut,karena mereka dituntut supaya bisa mengerti dan memahami isi dari
kurikulum itu sendiri.
Dewasa
ini pemahaman masalah kurikulum adalah hal sangat penting dan mendasar. Karena
hal tersebut sangat akan berpengaruh dengan proses pendidikan.jika pemahaman
akan kurikulum yang telah di tetapkan tersebut kurang maka proses pendidikan
juga akan cendrung rendah, begitu juga sebaliknya.setiap kurikulum memiliki
keunggulan dan kelemahan, namun pada dasarnya setiap kurikulum memiliki tujuan
yang sama untuk proses pendidikan.maka dari itu saya menulis makalah ini,
supaya kita dapat mengetahui dengan jelas tentang kurikulum tersebut, dan
supaya kita juga bisa mengerti dan memehaminya.
1.2 Rumusan
Masalah
1.2.1
Apa pengertian dan fungsi kurikulum ?
1.2.2
Bagaimana prinsif pengembangan
kurikulum?
1.2.3
Bagaimana model kurikulum untuk abad
ke-21?
1.2.4
Bagaimana kurikulum berbasis kompetensi?
1.2.5
Bagaimana implikasi penerapan kurikulum
berbasis kompetensi ?
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui pengertian dan fungsi
kurikulum
1.3.2
Untuk mengetahui prinsif pengembangan
kurikulum
1.3.3
Untuk mengetahui model kurikulum untuk
abad ke-21
1.3.4
Untuk mengetahu kurikulum berbasis
kompetensi
1.3.5
Untuk mengetahui implikasi penerapan
kurikulum berbasis kompetensi
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
dan Fungsi Kurikulum
A. PENGERTIAN KURIKULUM
Istilah kurikulum (curriculum), yang
pada awalanya digunakan dalam dunia olahraga, berasal dari kata curil(pelari)
dan curere (tempat berpacu). Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak
yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai darai start sampai finishuntuk
memperoleh medali atau penghargaan. Kemudian pengertian itu diterapakan dalam
dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh
seorang siswadari awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh ijazah.
Dari rumusan pengertian kurikulum tersebut terkandung dua hal pokok, yaitu:
1. Adanya
mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa
2. Tujuan
utamanya yaitu untuk memperoleh ijazah.
Dengan demikian implikasi terhadap praktik
pengajaran yaitu setiap siswa harus menguasai seluruh mata pelajaran yang
diberikan dan menempatkan guru dalam posisi yang sangat penting dan menentukan.
Keberhasilan siswa ditentukan oleh seberapa jauh mata pelajaran tersebut
dikuasainya danbiasanya disimbolkan dengan skor yang diperoleh setelah
mengikuti suatu tes atau ujian.
Banyak tokoh-tokoh yang mendeskripsikan mengenai pengertian
kurikulum , salah satunya yaitu pendaapat yang dikemukakan oleh Hamid Hasan
(1988), yang menyebutkan bahwa kurikulum bukanlah sesuatu yang tunggal. Istilah
kurikulum menunjukkan berbagai dimensi pngertian, dia menunjukkan bahwa pada
saat sekarang istilah kurikulum memiliki eampat dimensi pengertian, dimana satu dimensi dengan dimensi lainnya saling
berhubungan, keempat dimensi kurikulum tersebut addalah sebagai berikut :
1. Kurikulum
sebagai ide.
2. Kurikulum
sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan perwujudan dari
kurikulum sebagai suatu ide.
3. Kurikulum
sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah kurikulum
seebagai suatu realita atau implementasi kurikulum. Secara teoritis dimensi
kurikulum ini adalah pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis.
4. Kurikulum
sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu
kegiatan.
Pandangan atau anggapan yang sampai saat ini masih
lazim dipakai dalam dunia pendidikan atau persekolahan di Negara kita., yaitu
kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang disusun guna memperlancar proses
balajar-mengajar, hal ini sesuai dengan rumusan pengertian kurikulum yang
tertera dalam undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional
“ Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar-mengajar”.
B. PERANAN DAN FUNGSI KURIKULUM
Kurikulum memiliki kedudukan dan posisi
yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan, bahkan kurikulum
merupakan syarat mutlak dan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan itu
sendiri. Apabila dirinci secara lebih mendetail peranan kurikulum sangat
penting dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan , paling tidak terdapat tiga
peranan yang dinilai sangat penting yaitu peranan konservatif,peranan kritis
atau evaluative,dan peranan kreatif ( Hamalik,1990)
1. Peranan
Konservatif
Peranan konservatif menekankan bahwa kurikulum itu dapat
dijadikan sebagai sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya masa
lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda, dalam
hal ini para siswa. Dengan demikian , peranan konservatif ini pada hakikatnya
menempatkan kurikulum yang berorientasike masa lampau.
2. Peranan
Kreatif
Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum
harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang
terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa
mendatang. Kurikulum harus mengandung hal-hal yang dapat membantu siswa
mengembangkan semua potensi yang ada pada diri siswa tersebut.
3. Peranan
kritis dan evaluative
Peranan
ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan budaya yang
hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan sehingga pewarisan
nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan kondisi
yang terjadi pada masa sekarang. Dalam hal ini kurikulum harus turut aktif
berpartisifasi dalam control atau filter social.
Ketiga
peranan kurikulum diatas tentu saja harus berjalan secara seimbang dan harmonis
agar dapat memenuhi tuntutan keadaan. Jika tidak, akan terjadi
ketimpangan-ketimpangan yang menyebabkan peranan kurikulum pendidikan menjadi
tidak optimal.
Bagi guru , kurikulum itu berfungsi
sebagai pedoman dalam melaksanakan prose belajar-mengajar . bagi kepala sekolak
dan pengawas kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan
supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum itu berfungsi sebagai
pedoman dalam membimbing anaknya belajar dirumah. Bagi masyarakat, kurikulum
itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya
prose pendidikan di sekolah. Bagi siswa itu sendiri, kurikulum berfungsi sebagai
pedoman belajar
Berkaitan
dengan fungsi kurikulum bagi siswa, dalam literature lain, Alexander Inglis
(dalam Hamalik, 1990) mengemukakan enam fungsi kurikulum sebagai berikut :
1. Fungsi
Penyesuaian (the integrating or adaptive
function)
Mengandung makna, bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu mengaharahkansiswa agar agar memiliki sifat well adjusted, yaitu mampu menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social.
2. Fungsi
Integrasi(the integrating function)
Mengandung makna ,
bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan
pribadi-pribadi yang utuh. Siswa harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan
untuk dapat hidup berintegrasi dengan masyarakat.
3. Fungsi
Diferensiasi (the differentiating
function)
Mengandung makna bahwa
kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap
perbedaan individu siswa, setiap siswa memiliki perbedaan, baik dari aspek
fisik maupun psikis, yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.
4. Fungsi
Persiapan( the propaedeutic function)
Mengandung makna bahwa
kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk
melanjutkan studi ke jenjang berikutnya,selain itu kurikulum juga diharapkan
dapat mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam masyarakat seandainya ia
karena sesuatu hal, tidak dapat melamjutkan pendidikannya.
5. Fungsi
Pemilihan(the selective function)
Mengandund makna bahwa
kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada
siswa untuk memilih program-program belajar sesuai dengan kemampuan dan
minatnya
6. Fungsi
Diagnotik(the diagnostic function)
Mengandung
makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu membantu dan
mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan
kelemahan yang dimilikinya. Apabila siswa sudah mampu memahami
kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya maka diharapkan
siswa dapat mengembangkan sendiiri potensi / kekuatan yang dimilikinya atau
memperbaiki kelemahan-kelemahannya.
Keenam fungsi yang
sudah ddikemukakan harus dimiliki oleh suatu kurikulum lembaga pendidikan
secara menyeluruh /komprehensif, dengan demikian kurikulum dapat memberikan
pengaruh bagi pertumbuhan dan perkenbangan siswa dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan.
2.2.
Prinsif- prinsif Pengembangan Kurikulum
A. PRINSIF
BERORIENTASI PADA TUJUAN
Kurikulum sebagai suatu sistem memiliki komponen tujuan, materi,
metode, dan evaluasi. Komponen tujuan meruoakan focus bagi komponen-komponen
lainnya dalam pengembangan sistem tersebut , ini berarti pengembangan kurikulum
harus berorientasi pada tujuan.Prinnsif ini menegaskan bahwa tujuan merupakan
arah bagi pengembangan komponen-komponen lainnya dalam oengembangan kurikulum,
untuk itu tujuan kurikulum harus jelas , harus dapat dipahami dengan jelas oleh
para pelaksana kurikulum untuk dapat dijabarkan menjadi tujuan-tujuan lainnya
yang lebih spesifik dan oprasional, tujuan kurikulum juga harus koprehensif
yaitu meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
B. PRINSIF
KONTINUITAS
Prinsif kontinuitas dimaksud bahwa perlu ada kesinambungan,
khususnya kesinambungan bahan / materi kurikulum pada jenis dan jenjang program
pendidikan. Bahkan atau materi kurikulum perlu dikembangkan secara
berkesinambungan mulai dari jenjang SD,SLTP,SMA/SMK, sampai ke PT.dalam
pengembangan materi kurikulum harus diperhatikan minimal dua aspek kesinambungan
yaitu:
1. Materi
kurikulum yang diperlukan pada sekolah yang ada diatasnya harus sudah diberikan
pada sekolah yang ada dibawahnya.
2. Materi
yang sudah diajarkan pada sekolah yang ada dibawahnya tidak perlu lagi
dibeberikan pada sekolah yang ada di atasnya.
C. PRINSIF
FLEKSIBILITAS
Fleksibelitas
sebagai salah satu frinsif pengembangan kurikulum dimaksudkan dengan adanya
ruang gerak yang memberikan sedikit kelonggaran dalam melakukukan atau
mengambil suatu keputusan tentang suatu kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
pelaksanakurikulum dilapamgan. Selain memberikan kebebasan pada siswa ,
fleksibilitas juga perlu diberikan kepada guru, khususnya dalam mengembangkan
kegiatan-kegiatan pembelajaran, asalkan tidak menyimpang jauh dari apa yang
telah digariskan dalam kurikulum.
D. PRINSIF
INTEGRITAS
Integritas yang dimaksud disini
adalah keterpaduan artinya pengembangan kurikulum harus dilakukan dengamn
menggunakan prinsif keterpaduan, prinsif ini menekankan bahwa kurikulum harus
dirancang untuk mampu membentuk manusia yang utuh, pribadi yang integrated, artinya manusia yang
berkemempuan selaras dengan lingkungan hidup sekitarnya, mampu menjawab
berbagai persoalan yang dihadapi dalam hidupnya. Untuk itu kurikulum harus
dapat mengembangkan berbagai keterampilan hidup (life skills). Rampilan hidup dapat dipilah menjadi lima katagori,
yaitu :
1. Keterampilan
mengenal diri-sendiri atau keterampilan personal.
Berkaitan dengan penghayatan diri
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat,dan warga Negara serta
mensyukuri dan menyadari kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.
2. Keterampilan
berfikir rasional
Meliputi keterampilan menggali dan
menemukan informasi, keterampilan dalam mengolah dan menetapkan keputusan dan
keterampilan dalam memecahkan permasalahan hidup seara kreatif.
3. Keterampilan
social
Meliputi keterampilan berkomunikasi,
keterampilan bekerja sama untuk menumbuhkan hubungan yang harmonis.
4. Keterampilan
akademik
Berkaitan dengan kemampuan berpikir
ilmiah, yang antara lain mencakup memahami masalah, mengidentifikasi variable,
merumuskan hipotesis, dan melaksanakan penelitian.
5. Keterampilan
vokasional
Berkaitan dengan bidang pekerjaan
tertentu yang ada dimasyarakat.
2.3.Model
Kurikulum untuk Abad ke-21
MODEL-MODEL KURIKULUM
UNTUK ABAD KE- 21
Dalam dunia pendidikan kita dewasa ini, perlu dikaji beberapa
kemungkinan model kurikulum yang bisa diterapkan di sekolah-sekolah. Kajian
tersebut dipandang sangat penting mengingat adanya perubahan-perubahan yang
sangat menonjol sejalan dengan perkembangan yang terjadi saat ini, juga sebagai
upaya untuk mencari pendekatan pemecahan masalah pendidikan.
1. MODEL
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
Model kurikulum berbasis kompetensi
sebenarnya sudah berkembang sejak lama dan merupakan pengaruh dari munculnya
pendidikan berdasarkan kompetensi yang menekankan pada pengembangan kemampuan
untuk melakukan tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar formans yang telah
ditetapkan. Pada tahun 1970- an konsep pendidikan berdasarkan kompetensi mulai
banyak digunakan di dunia pendidikan. Konsep tersebut semakin berkembang dengan
adanya berbagai tuntutan yang harus dipenuhi oleh pendidikan, terutama yang
berkaitan persoalan akuntabilitas.
2. MODEL
KURIKULUM BERBASIS MASYARAKAT
Pendidikan pada dasarnya merupakan
upaya pengembangan manusia yang memiliki karakteristik dan sifat-sifat yang
dipergunakan baik oleh dirinya sebagai pribadi maupun oleh masyarakatnya. Kurikulum
yang berkembang di indonesia saat ini dan sebelumnya, pada kenyataannya kurang
memberikan tempat pada landasan kemasyarakatan tersebut. Kurikulum berbasis
masyarakat bisa dikembangkan baik dalam lingkup nasional, regional, maupun
lingkup local oleh guru di sekolah.ciri utama kurikulum berbasis masyarakat
yaitu keterkaitan berbagai komponen kurikulum dengan berbagai aspek dan dimensi
kehidupan masyarakat, baik dalam bentuk kurikulum sebagai dokumen / rencana
tertulis maupun dalam bentuk proses pembelajarannya. Tujuan yang ingin dicapai
kurikulum, yaitu manusia yang memiliki kualitas yang diperlukan untuk
pelestarian dan pengembangan kehidupan masyarakat.Dalam suatu tulisan yang
cukup monumental, John D. Mc Neil (1990) mengemukakan model kurikulum yang lebih
memusatkan perhatiannya pada problema-problema yang dihadapi siswa dan
masyarakat, model tersebut dinamakan modek kurikulum rekonstruksi soosial.
Model kurikulum rekonstruksi social mengandung cirri-ciri sebagai berikut :
a. Tujuan
kurikulum diarahkan pada pemecahan masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat.
b. Isi
kurikulum adalah masalah-masalah yang dihadapi masyarakat, isi dan proses
dikemas sekaligus serta disusun bersama-sama siswa.
c. Guru
dan siswa belajar bersama, guru membantu siswa menemukan minat/ kebutuhannya
dan bersama siswa berusaha memecahkan masalah social yang dihadapi.
d. Evaluasi
diarahkan pada penelitian proses dan hasil kerja kelompok
3. MODEL
KURIKULUM KONSTRUKTIVISTIK
Model kurikulum
ini dilatarbelakangi oleh munculnya filsfat pengetahuan yang banyak
mempengaruhi perkembangan pendidikan yaitu filsafat konstruktifisme. Kurikulum
pada umumnya dianggap sebagai suatu set atau seperangkat bahan belajar yang
tercetak dalam bentuk buku yang dapat dibawa dan dipakai dimana-mana oleh siapa
saja.model kurikulum yang berorak konstruktivistik dalam pelaksanaannya
menerapkan beberapa prinsip sebagaimana dikemukakan oleh Cunningham, Duffy, dan
Knuth(sulton,1998), yaitu sebagai berikut :
a. Mengembangakan
pengalaman melalui proses konstruksi pengetahuan
b. Mengembangkan
pengalaman belajar yang memungkinkan apresiasi dan kaya akan berbagai
alternative.
c. Mengintegrasikan
proses belajar dengan pengalaman yang nyata dan relevan.
d. Memberikan
kesempatan pada siswa untuk menentukan isi dan arah belajar mereka sendiri.
e. Menanamkan
belajar melalui pengalaman bersosialisasi.
f. Mendorong
menggunakan berbagai bentuk representasi.
g. Mendorong
peningkatan kesadaran siswa dalam proses pembentukan pengetahuan. Kunci hasil
belajar konstruktivistik adalah mengetahui bagaimana pemecahan suatu masalah
dengan cara tertentu , menganalisa bagaimaana proses mereka mengonstruksi
pengetahuaan merupakan aktivitas refleksi diri yang perlu disadari.
2.4.Kurikulum
Berbasis Kompetensi
A. .IMPLIKASI
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH TERHADAP PEMBELAJARAN
Mencapai pendidikan yang bermutu
menuntut pengelolaan sekolah secara professional. Salah satu keprofesionalan
yang dapat dilakukan adalah memberikan kewenangan kepada sekolah dalam
pengambilan keputusan penyelenggaraan program pendidikan. Manajemen berbasis
sekolah (MBS) adalah model pengelolaan yang memberikan otonomi atau kemandirian
kepala sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan
secara langsung semua warga sekolah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Manajemen berbasis sekolah ini bertujuan.:
1. Meningkatkan
mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan
memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2. Meningkatkan
kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
melalui pengambilan keputusan bersama.
3. Meningkatkann
tanggung jawab sekolah kepada orang tua, sekolah,dan pemerintah tentang mutu
sekolah.
4. Meningkatkan
kompetisi yang sehat antar sekolah dalam mencapai mutu pendidikan yang
diharapkan.
Manajemen berbasis sekolah ini
memberi kesempatan kepada sekolah untuk mengetahui kekuatan, kelemahan,
peluang,dan ancaman yang dimiliki agar sekolah berupaya untuk dapat lebih
mengoptimalkan pemenfaatan sumber daya yang tersedia, Pelaksanaan manajemen
berbasis sekolah di lapangan memiliki beberapa prinsip umum yang patut
dijadikan pijakan agar mencapai tujuan yang diharapkan. Prinsif-prinsif umum
tersebut di antaranya sebagai berikut :
1. Profesionalisme,
artinya bahwa pelaksanaan manajemen berbasis sekolah menuntut profesionalisme
pada berbagai komponen pendidikan, seperti mengelola praktisi, dan dewan
sekolah.
2. Pembagian
kewenangan , artinya pelaksanaan manajemen berbasis sekolah harus berlandaskan
pada kekuasaan / kewenangan sesuai dengan fungsi dan peranannya masing-masing.
3. Mencapai
mutu pendidikan, artinya bahwa penerapan menajemen berbasis sekolah harus
memiliki misi dan visi yang sesuai dengan jenjang sekolah.
4. Partisipasi
masyarakat, artinya pelaksanaan manajemen berbasis sekolah menuntut adanya
keterlibatan dan tanggung jawab semua pihak yang terkait.
5. Transparansi,
artinya bahwa manajemen berbais sekolah harus berpijak pada keterbukaan dalam
pengelolaannya, baik secara fisik maupun nonfisik.
6. Pembentukan
dewan sekolah, artinya bahwa dalam implementasi manajemen berbasis sekolah
setiap sekolah harus membentuk dewan sekolahuntuk mengidentifikasi tujuan dan
manfaat, merencanakan, melaksanakan program, serta berperan sebagai institusi
penopang keberhasialan visi dan misi sekolah.
Konsep manajemen
berbasis sekolah pada dasarnya merupakan suatu proses dalam mengembangkan
keahlian dan budaya profesional. Dengan tumbuhnya buda professional pada diri
para pengelola pendidikan akan berimplikasi terhadap perubahan dalam
pemerintahan dan manajemen pendidikan sehingga akan mendorong perubahan
organisasional lebih lanjut dalam upaya berkaitan mutu pendidikan dan tuntutan
masyarakat.intinya manajemen berbasis sekolah akan mengimplikasikan adanya
kebutuhan untuk berinovasi, kebutuhan mendesain kembali organisasi sekolah,serta
kebutuhan untuk menciptakan perubahan dalam proses pembelajaran.
B. PENGERTIAN KURIKULUM
BERBASIS KOMPETENSI
Dalam dunia pendidikan kurikulum memiliki peranan yang sangat
penting karena kurikulum merupakan pedoman bagi guru dalam melaksanakan prosess
pembelajaran di sekolah. Apa yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran
harus sejalan dengan kurikulum yang digunakan. Oleh karena itu kurikulum harus
bersifat dinamis. Seiring dengan perkembangan zaman, kurikulum pun mengalami
perubahan dan perbaikan. Kurikulum dapat berubah sesuai denan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Akan tetapi
perubahan dan perbaikan kurikulum yang dilakukan harus memiliki landasan
berpijak yang jelas dan kokoh. Jika tidak maka akan mengalami biasdan tidak
terarah sehingga tujuan yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Sepanjang
kurun waktu tiga puluh empat tahun, kita sudah mengalami beberapa kali
perubahan dan perbaikan kuriikulum yaitu:
1. Kurikulum
1975 dikembangkan untuk memberbaharui kurikulum 1968
2. Kurikulum
1984 dikembangkan untuk memperbaiki kurikulum 1975
3. Kurikulum
1994 dikembangkan untuk memperbaiki kurikulum 1984
4. Kurikulum
2004 dikembangkan untuk memperbaiki dan memperbaharui kurikulum 1994
Dikaji dari segi waktu
,perubahan, dan perbaikan kurikulum sepanjang waktu tersebut bisa dianggap
wajar,ketidakwajaran muncul tatkala perubahan dan perbaikan kurikulum tersebut
tidaka berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan, malah sebaliknya terjadi
penurunan kualitas pendidikan. Kurikulum 2004 yang dikenal dengan kurikulum
berbasis kompetensi, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kurikulum 1994 dari
segi penyajian. Kompetensi dikembangkan untuk memberikan dasar keterampilan dan
keahlian berthan hidup dalam perubahan, pertentangan, ketidakmenentuan,
ketidakpastian, dan kerumitan-kerumitan dalam kehidupan. Kompetensi dasar ini
terdiri dari empat kompetensi berikut :
1. Kompetensi
akademik, artinya peserta didik harus memiliki pengetahuan dan keterampilan
dalam mengatasi tantangan dan persoalan hidup secara independen.
2. Kompetensi
okupasional, artinya peserta didik harus memiliki kesiapan dan mampu
beradaptasi dengan dunia kerja.
3. Kompetensi
cultural, artinya peserta didik harus mampu menempatkan diri sebaik-baiknya
dalam sistem budaya dan nilai masyarakat yang pluralistik
4. Kompetensi
temporal, artinya peserta didik harus tetap eksis dalam menjalani kehidupannya,
serta mampu meemanfaatkan ketiga kemempuan dasar yang telah dimiliki sesuai
dengan perkembangan zaman.
Kurikulum berbasis
kompetensi diharapkan dapat mengakomodasi berbagai perbedaan, kesiapan, potensi
akademik, minat siswa, lokalitas, lingkungan, dan budaya. Keragaman tersebut
digunakan untuk memeksimalkan pencapaian hasil belajar, guna menapai keunggulan
di berbagai bidang keahlian dalam menghadapi persaimgan global.
C. KARATERISTIK
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
Secara umum kurikulum berbasis kmpetensi
memiliki karateristik sebagai berikut:
a. Menitikberatkan
pada pencapaian target kompeetensidaripada penguasaan materi.
b. Mengakomodasikan
keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia.
c. Memberikan
kebebasab yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan dilapangan untuk
mengembangkan dan melaksanakan program-program pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan.
Kurikulum berbasis kompetensi diharapkan
dapat lebih membantu para pelaksana pendiddikan dalam melaksanakan program
pembelajaran karena dilengkapi dengan target yang jelas, materi pokok, standar
hasil belajar siswa,dan prosedur pelaksanaan pembelajaran.
Kelebihan kurikulum
berbasis kompetensi adalah sebagai berikut :
1. Dapat
dijadikan acuan secara nasional dalam mengembangkan mata pelajaran di masing-
masing daerah.
2. Memudahkan
daerah untuk mengembangkan mata pelajaran sesuai dengan linhkungannya.
3. Memberi
peluang kepada sekolah untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensinya.
4. Memudahkan
guru dalam menentukan materi pelajaran.
5. Meningkatlkn
kreativitas guru dalam proses belajar .
6. Memudahkan
sistem evaluasi.
Kurikulum berbasis
kompetensi memiliki makna bahwa proses pendidikan harus mampu mengantarkan
peserta didik untuk menguasai kemempuan yang sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Menurut Boedionio (2002), kurikulum berbasis kompetensi terdiri
dari empat komponen, yaitu sebagai berikut :
1. Kurikulum
dan hasil belajar.
2. Penilaian
berbaasis kelas.
3. Kegiatan
belajar-mengajar.
4. Pengelolaan
kurikulum berbasis sekolah.
Keempat komponen utama
kurikulum berbasis kumpetensi inimerupakan suatu kesatuan yang menggambarkan
seluruh rangkaian masa persekolahan sehingga jelaslah bahwa kurikulum berbasis
kompetensi merupakan suatu pengembangan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kehidupan,
keadaan sekolah, dan kebutuhan siswa.
2.5. Implikasi Penerapan Kurikulum
Berbasis Kompetensi
PERANAN
GURU DALAM PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
Guru merupakan profesi atau pekerjaan yang
memerlukan keahliankhusus, mengingat tugas dan tanggung jawabnya yang begitu
kompleks, oleh karena itu seora g guru perlu memeiliki kompetensi dan
profesionalisme yang tinggi. Keempat kopetensi yang harus dimiliki adalah :
1. Penguasaan
bidan studi, yang mencakup dua hal, penguasaan disiplin ilmu dan penguasaan kurikuler.
2. Pemahaman
tentang pserta didik.
3. Penguasaan
pembelajaran yang mendidik
4. Pengembangan
kepribadian dan keprofesionalan.
Kompetensi tersebut
merupakan kompetensi yang berkaitan dengan tugas dan tanggun jawab sseorang
guru di sekolah.sedangkan sebagai seorang professional guru juga dituntut
memiliki :
1. Keterampilan
konsep dan teori ilmu pengetahuan yang baik.
2. Keahlian
dalam badang tertentu sesui dengan bidang keahliannya.
3. Pendidikan
khusus bidang keguruan, serta
4. Twnggung
jawab yan tinggi terhadap profesi yang dijalani.
Disamping itu seorang
guru harus menguasai keterampilan melaksanakan pembelajaran, keterampilan
tersebut meliputi:
1. Keterampilan
memulai pelajaran.
2. Keterampilan
mengelola pelajaran.
3. Keterampilan
mengorganisasi waktu.
4. Keterampilan
melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar.
5. Keterampilan
mengakgiri pelajaran.
Keterampilan lain yang harus dikuasai guru
dalam menerapkan kurikulum berbasis kompetensi dalam pembelajaran adalah
keterampilan interpersonalnya. Guru harus dapat berkomunikasi dalam membantu
menanamkan sikap positif oada diri siswa, seperti membantu siswa dalam memehami
kelemahan dan kelebihan yang ada pada dirinya, menumbuhkan keperayaan diri,
serta membantu mengungkapkan pemikiran dan perasaan siswa.
BAB
III
KESIMPULAN
Jadi dapat disimpulkan bahwa, kurikulum
merupakan suatu pedoman dalam proses pembelajara. Walaupun suatu kuriikulum itu
mengalami perubahan, hal tersebut merupakan hal yang wajar karena sejalan
dengan pengetahuan dan teknologi. Namun perubahan terseebut mesti memberikan
dampak yang baik guna peningkatan kualitas suatu pendidikan itu sendiri, dan
bukan malah sebaliknya.setiap kurikulum memiliki fungsi dan tujuan yang sama,
yaitu tiada lain demi meningkatkan kualitas dari suatu proses pendidikan yang
bersangkutan, dan juga tidak terlepas dari peranan seorang guru yang harus bisa
memahami dengan baik isi kurikulum yang diterapkan. Sehingga apa yang menjadi
tujuan kurikulum tersebut bisa berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Hernawan ,Asep Herry,dkk. (2008). Pengembangan
Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Universitas Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar