Kamis, 02 Oktober 2014

manajemen kurikulum


KATA PENGANTAR

“Om swastiastu”
            Puji syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas asung kertha wara nugraha nyalah, saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu,dan tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada dosen pengajar dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini , dari dukungan ide,materi dan motivasi.
            Makalah ini dibuat dalam rangka melengkapi tugas sebagai nilai dari mata kuliah Manajemen Pendidikan , dengan makalah yang berjudul “Manajemen Kurikulum”
            Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari bahwa banyak kekurangan-kekurangan, hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaan dan menambah pengetahuan bagi para pembaca.
                                                  
“Om santhi,santhi,santhi Om”












DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHILUAN
1.1  Latar Belakang………………………………………………………1
1.2  Rumusan Masalah…………………………………………………...1
1.3  Tujuan……………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN
            2.1 Pengertian dan fungsi kurikulum……………………………………3
            2.2 Prinsif pengembangan kurikulum……………………………….......6
            2.3 Model kurikulum untuk abad ke-21 ………………………………..8
            2.4 kurikulum berbasis kompetensi…………………………………….10
            2.5 Implikasi penerapan kurikulum berbasis kompetensi………………13

           
BAB III KESIMPULAN ………………………………………………………15

 DAFTAR PUSTSKA………………………………………………………….16


















BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
      
      Kurikulum adalah hal yang sangat penting dalam dunia pempelajaran atau pendidikan,dan bukan istilah yang asing lagi kita dengar. Kurikulum sangat erat kaitannya dengan bagaimana proses pendidikan itu dilaksanakan.dewasa ini kurikulum yang sudah dijalankan cukup bermacam-macam,dari tingkat SD,SMP/SLTP,SMA/SMK,bahkan perguruan tinggi juga mengenal yang dengan yang namanya kurikulum.
            Berbicara masalah kurikulum, tidak sesederhana yang kita pikirkan. Tidak jarang suatu kurikulum itu diganti pada saat kurikulum sebelumnya belum bisa dimengerti atau belum bisa dijalankan dengan baik dalam proses pendidikan. Itu yang menyebabkan para tenaga kependidikan sangat kewalahan dalam mengatasi masalah kurikulum tersebut,karena mereka dituntut supaya bisa mengerti dan memahami isi dari kurikulum itu sendiri.
            Dewasa ini pemahaman masalah kurikulum adalah hal sangat penting dan mendasar. Karena hal tersebut sangat akan berpengaruh dengan proses pendidikan.jika pemahaman akan kurikulum yang telah di tetapkan tersebut kurang maka proses pendidikan juga akan cendrung rendah, begitu juga sebaliknya.setiap kurikulum memiliki keunggulan dan kelemahan, namun pada dasarnya setiap kurikulum memiliki tujuan yang sama untuk proses pendidikan.maka dari itu saya menulis makalah ini, supaya kita dapat mengetahui dengan jelas tentang kurikulum tersebut, dan supaya kita juga bisa mengerti dan memehaminya.



1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apa pengertian dan fungsi kurikulum ?
1.2.2        Bagaimana prinsif pengembangan kurikulum?
1.2.3        Bagaimana model kurikulum untuk abad ke-21?
1.2.4        Bagaimana kurikulum berbasis kompetensi?
1.2.5        Bagaimana implikasi penerapan kurikulum berbasis kompetensi ?







1.3  Tujuan

1.3.1        Untuk mengetahui pengertian dan fungsi kurikulum
1.3.2        Untuk mengetahui prinsif pengembangan kurikulum
1.3.3        Untuk mengetahui model kurikulum untuk abad ke-21
1.3.4        Untuk mengetahu kurikulum berbasis kompetensi
1.3.5        Untuk mengetahui implikasi penerapan kurikulum berbasis kompetensi


































BAB II
PEMBAHASAN

            2.1. Pengertian dan Fungsi Kurikulum
A. PENGERTIAN KURIKULUM
         Istilah kurikulum (curriculum), yang pada awalanya digunakan dalam dunia olahraga, berasal dari kata curil(pelari) dan curere (tempat berpacu). Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai darai start sampai finishuntuk memperoleh medali atau penghargaan. Kemudian pengertian itu diterapakan dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh seorang siswadari awal sampai akhir program pelajaran untuk memperoleh ijazah. Dari rumusan pengertian kurikulum tersebut terkandung dua hal pokok, yaitu:
1.      Adanya mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa
2.      Tujuan utamanya yaitu untuk memperoleh ijazah.

Dengan demikian implikasi terhadap praktik pengajaran yaitu setiap siswa harus menguasai seluruh mata pelajaran yang diberikan dan menempatkan guru dalam posisi yang sangat penting dan menentukan. Keberhasilan siswa ditentukan oleh seberapa jauh mata pelajaran tersebut dikuasainya danbiasanya disimbolkan dengan skor yang diperoleh setelah mengikuti suatu tes atau ujian.
         Banyak tokoh-tokoh yang mendeskripsikan mengenai pengertian kurikulum , salah satunya yaitu pendaapat yang dikemukakan oleh Hamid Hasan (1988), yang menyebutkan bahwa kurikulum bukanlah sesuatu yang tunggal. Istilah kurikulum menunjukkan berbagai dimensi pngertian, dia menunjukkan bahwa pada saat sekarang istilah kurikulum memiliki eampat dimensi pengertian, dimana  satu dimensi dengan dimensi lainnya saling berhubungan, keempat dimensi kurikulum tersebut addalah sebagai berikut :
1.      Kurikulum sebagai ide.
2.      Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide.
3.      Kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah kurikulum seebagai suatu realita atau implementasi kurikulum. Secara teoritis dimensi kurikulum ini adalah pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis.
4.      Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan.
Pandangan atau anggapan yang sampai saat ini masih lazim dipakai dalam dunia pendidikan atau persekolahan di Negara kita., yaitu kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang disusun guna memperlancar proses balajar-mengajar, hal ini sesuai dengan rumusan pengertian kurikulum yang tertera dalam undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional “ Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar”.


B. PERANAN DAN FUNGSI KURIKULUM
           
         Kurikulum memiliki kedudukan dan posisi yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan, bahkan kurikulum merupakan syarat mutlak dan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan itu sendiri. Apabila dirinci secara lebih mendetail peranan kurikulum sangat penting dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan , paling tidak terdapat tiga peranan yang dinilai sangat penting yaitu peranan konservatif,peranan kritis atau evaluative,dan peranan kreatif ( Hamalik,1990)
1.      Peranan Konservatif
         Peranan konservatif menekankan bahwa kurikulum itu dapat dijadikan sebagai sarana untuk mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa. Dengan demikian , peranan konservatif ini pada hakikatnya menempatkan kurikulum yang berorientasike masa lampau.

2.      Peranan Kreatif
  Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang. Kurikulum harus mengandung hal-hal yang dapat membantu siswa mengembangkan semua potensi yang ada pada diri siswa tersebut.

3.      Peranan kritis dan evaluative
      Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan sehingga pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang. Dalam hal ini kurikulum harus turut aktif berpartisifasi dalam control atau filter social.
      Ketiga peranan kurikulum diatas tentu saja harus berjalan secara seimbang dan harmonis agar dapat memenuhi tuntutan keadaan. Jika tidak, akan terjadi ketimpangan-ketimpangan yang menyebabkan peranan kurikulum pendidikan menjadi tidak optimal.
      Bagi guru , kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan prose belajar-mengajar . bagi kepala sekolak dan pengawas kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar dirumah. Bagi masyarakat, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya prose pendidikan di sekolah. Bagi siswa itu sendiri, kurikulum berfungsi sebagai pedoman belajar
      Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa, dalam literature lain, Alexander Inglis (dalam Hamalik, 1990) mengemukakan enam fungsi kurikulum sebagai berikut :
1.      Fungsi Penyesuaian (the integrating or adaptive function)
 Mengandung makna, bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengaharahkansiswa agar agar memiliki sifat well adjusted, yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social.

2.      Fungsi Integrasi(the integrating function)
Mengandung makna , bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup berintegrasi dengan masyarakat.

3.      Fungsi Diferensiasi (the differentiating function)
Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa, setiap siswa memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik maupun psikis, yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.

4.      Fungsi Persiapan( the propaedeutic function)
Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang berikutnya,selain itu kurikulum juga diharapkan dapat mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam masyarakat seandainya ia karena sesuatu hal, tidak dapat melamjutkan pendidikannya.

5.      Fungsi Pemilihan(the selective function)
Mengandund makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar sesuai dengan kemampuan dan minatnya

6.      Fungsi Diagnotik(the diagnostic function)
Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang dimilikinya. Apabila siswa sudah mampu memahami kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya maka diharapkan siswa dapat mengembangkan sendiiri potensi / kekuatan yang dimilikinya atau memperbaiki kelemahan-kelemahannya.
Keenam fungsi yang sudah ddikemukakan harus dimiliki oleh suatu kurikulum lembaga pendidikan secara menyeluruh /komprehensif, dengan demikian kurikulum dapat memberikan pengaruh bagi pertumbuhan dan perkenbangan siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.


2.2. Prinsif- prinsif Pengembangan Kurikulum

A. PRINSIF BERORIENTASI PADA TUJUAN
     
     Kurikulum sebagai suatu sistem memiliki komponen tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Komponen tujuan meruoakan focus bagi komponen-komponen lainnya dalam pengembangan sistem tersebut , ini berarti pengembangan kurikulum harus berorientasi pada tujuan.Prinnsif ini menegaskan bahwa tujuan merupakan arah bagi pengembangan komponen-komponen lainnya dalam oengembangan kurikulum, untuk itu tujuan kurikulum harus jelas , harus dapat dipahami dengan jelas oleh para pelaksana kurikulum untuk dapat dijabarkan menjadi tujuan-tujuan lainnya yang lebih spesifik dan oprasional, tujuan kurikulum juga harus koprehensif yaitu meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

B.     PRINSIF KONTINUITAS

  Prinsif kontinuitas dimaksud bahwa perlu ada kesinambungan, khususnya kesinambungan bahan / materi kurikulum pada jenis dan jenjang program pendidikan. Bahkan atau materi kurikulum perlu dikembangkan secara berkesinambungan mulai dari jenjang SD,SLTP,SMA/SMK, sampai ke PT.dalam pengembangan materi kurikulum harus diperhatikan minimal dua aspek kesinambungan yaitu:
1.      Materi kurikulum yang diperlukan pada sekolah yang ada diatasnya harus sudah diberikan pada sekolah yang ada dibawahnya.
2.      Materi yang sudah diajarkan pada sekolah yang ada dibawahnya tidak perlu lagi dibeberikan pada sekolah yang ada di atasnya.


C.     PRINSIF FLEKSIBILITAS

               Fleksibelitas sebagai salah satu frinsif pengembangan kurikulum dimaksudkan dengan adanya ruang gerak yang memberikan sedikit kelonggaran dalam melakukukan atau mengambil suatu keputusan tentang suatu kegiatan yang akan dilaksanakan oleh pelaksanakurikulum dilapamgan. Selain memberikan kebebasan pada siswa , fleksibilitas juga perlu diberikan kepada guru, khususnya dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan pembelajaran, asalkan tidak menyimpang jauh dari apa yang telah digariskan dalam kurikulum.

D.    PRINSIF INTEGRITAS

Integritas yang dimaksud disini adalah keterpaduan artinya pengembangan kurikulum harus dilakukan dengamn menggunakan prinsif keterpaduan, prinsif ini menekankan bahwa kurikulum harus dirancang untuk mampu membentuk manusia yang utuh, pribadi yang integrated, artinya manusia yang berkemempuan selaras dengan lingkungan hidup sekitarnya, mampu menjawab berbagai persoalan yang dihadapi dalam hidupnya. Untuk itu kurikulum harus dapat mengembangkan berbagai keterampilan hidup (life skills). Rampilan hidup dapat dipilah menjadi lima katagori, yaitu :
1.      Keterampilan mengenal diri-sendiri atau keterampilan personal.
Berkaitan dengan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat,dan warga Negara serta mensyukuri dan menyadari kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.
2.      Keterampilan berfikir rasional
Meliputi keterampilan menggali dan menemukan informasi, keterampilan dalam mengolah dan menetapkan keputusan dan keterampilan dalam memecahkan permasalahan hidup seara kreatif.
3.      Keterampilan social
Meliputi keterampilan berkomunikasi, keterampilan bekerja sama untuk menumbuhkan hubungan yang harmonis.
4.      Keterampilan akademik
Berkaitan dengan kemampuan berpikir ilmiah, yang antara lain mencakup memahami masalah, mengidentifikasi variable, merumuskan hipotesis, dan melaksanakan penelitian.
5.      Keterampilan vokasional  
Berkaitan dengan bidang pekerjaan tertentu yang ada dimasyarakat.



2.3.Model Kurikulum untuk Abad ke-21

MODEL-MODEL KURIKULUM UNTUK ABAD KE- 21

   Dalam dunia pendidikan kita dewasa ini, perlu dikaji beberapa kemungkinan model kurikulum yang bisa diterapkan di sekolah-sekolah. Kajian tersebut dipandang sangat penting mengingat adanya perubahan-perubahan yang sangat menonjol sejalan dengan perkembangan yang terjadi saat ini, juga sebagai upaya untuk mencari pendekatan pemecahan masalah pendidikan.
           
1.      MODEL KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

Model kurikulum berbasis kompetensi sebenarnya sudah berkembang sejak lama dan merupakan pengaruh dari munculnya pendidikan berdasarkan kompetensi yang menekankan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar formans yang telah ditetapkan. Pada tahun 1970- an konsep pendidikan berdasarkan kompetensi mulai banyak digunakan di dunia pendidikan. Konsep tersebut semakin berkembang dengan adanya berbagai tuntutan yang harus dipenuhi oleh pendidikan, terutama yang berkaitan persoalan akuntabilitas.

2.      MODEL KURIKULUM BERBASIS MASYARAKAT

Pendidikan pada dasarnya merupakan upaya pengembangan manusia yang memiliki karakteristik dan sifat-sifat yang dipergunakan baik oleh dirinya sebagai pribadi maupun oleh masyarakatnya. Kurikulum yang berkembang di indonesia saat ini dan sebelumnya, pada kenyataannya kurang memberikan tempat pada landasan kemasyarakatan tersebut. Kurikulum berbasis masyarakat bisa dikembangkan baik dalam lingkup nasional, regional, maupun lingkup local oleh guru di sekolah.ciri utama kurikulum berbasis masyarakat yaitu keterkaitan berbagai komponen kurikulum dengan berbagai aspek dan dimensi kehidupan masyarakat, baik dalam bentuk kurikulum sebagai dokumen / rencana tertulis maupun dalam bentuk proses pembelajarannya. Tujuan yang ingin dicapai kurikulum, yaitu manusia yang memiliki kualitas yang diperlukan untuk pelestarian dan pengembangan kehidupan masyarakat.Dalam suatu tulisan yang cukup monumental, John D. Mc Neil (1990) mengemukakan model kurikulum yang lebih memusatkan perhatiannya pada problema-problema yang dihadapi siswa dan masyarakat, model tersebut dinamakan modek kurikulum rekonstruksi soosial. Model kurikulum rekonstruksi social mengandung cirri-ciri sebagai berikut :
a.       Tujuan kurikulum diarahkan pada pemecahan masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
b.      Isi kurikulum adalah masalah-masalah yang dihadapi masyarakat, isi dan proses dikemas sekaligus serta disusun bersama-sama siswa.
c.       Guru dan siswa belajar bersama, guru membantu siswa menemukan minat/ kebutuhannya dan bersama siswa berusaha memecahkan masalah social yang dihadapi.
d.      Evaluasi diarahkan pada penelitian proses dan hasil kerja kelompok


3.      MODEL KURIKULUM KONSTRUKTIVISTIK

Model kurikulum ini dilatarbelakangi oleh munculnya filsfat pengetahuan yang banyak mempengaruhi perkembangan pendidikan yaitu filsafat konstruktifisme. Kurikulum pada umumnya dianggap sebagai suatu set atau seperangkat bahan belajar yang tercetak dalam bentuk buku yang dapat dibawa dan dipakai dimana-mana oleh siapa saja.model kurikulum yang berorak konstruktivistik dalam pelaksanaannya menerapkan beberapa prinsip sebagaimana dikemukakan oleh Cunningham, Duffy, dan Knuth(sulton,1998), yaitu sebagai berikut :
a.       Mengembangakan pengalaman melalui proses konstruksi pengetahuan
b.      Mengembangkan pengalaman belajar yang memungkinkan apresiasi dan kaya akan berbagai alternative.
c.       Mengintegrasikan proses belajar dengan pengalaman yang nyata dan relevan.
d.      Memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan isi dan arah belajar mereka sendiri.
e.       Menanamkan belajar melalui pengalaman bersosialisasi.
f.       Mendorong menggunakan berbagai bentuk representasi.
g.      Mendorong peningkatan kesadaran siswa dalam proses pembentukan pengetahuan. Kunci hasil belajar konstruktivistik adalah mengetahui bagaimana pemecahan suatu masalah dengan cara tertentu , menganalisa bagaimaana proses mereka mengonstruksi pengetahuaan merupakan aktivitas refleksi diri yang perlu disadari.


2.4.Kurikulum Berbasis Kompetensi

A.    .IMPLIKASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH TERHADAP PEMBELAJARAN
             
Mencapai pendidikan yang bermutu menuntut pengelolaan sekolah secara professional. Salah satu keprofesionalan yang dapat dilakukan adalah memberikan kewenangan kepada sekolah dalam pengambilan keputusan penyelenggaraan program pendidikan. Manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah model pengelolaan yang memberikan otonomi atau kemandirian kepala sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Manajemen berbasis sekolah ini bertujuan.:
1.      Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2.      Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
3.      Meningkatkann tanggung jawab sekolah kepada orang tua, sekolah,dan pemerintah tentang mutu sekolah.
4.      Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah dalam mencapai mutu pendidikan yang diharapkan.

Manajemen berbasis sekolah ini memberi kesempatan kepada sekolah untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang,dan ancaman yang dimiliki agar sekolah berupaya untuk dapat lebih mengoptimalkan pemenfaatan sumber daya yang tersedia, Pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di lapangan memiliki beberapa prinsip umum yang patut dijadikan pijakan agar mencapai tujuan yang diharapkan. Prinsif-prinsif umum tersebut di antaranya sebagai berikut :
1.      Profesionalisme, artinya bahwa pelaksanaan manajemen berbasis sekolah menuntut profesionalisme pada berbagai komponen pendidikan, seperti mengelola praktisi, dan dewan sekolah.
2.      Pembagian kewenangan , artinya pelaksanaan manajemen berbasis sekolah harus berlandaskan pada kekuasaan / kewenangan sesuai dengan fungsi dan peranannya masing-masing.
3.      Mencapai mutu pendidikan, artinya bahwa penerapan menajemen berbasis sekolah harus memiliki misi dan visi yang sesuai dengan jenjang sekolah.
4.      Partisipasi masyarakat, artinya pelaksanaan manajemen berbasis sekolah menuntut adanya keterlibatan dan tanggung jawab semua pihak yang terkait.
5.      Transparansi, artinya bahwa manajemen berbais sekolah harus berpijak pada keterbukaan dalam pengelolaannya, baik secara fisik maupun nonfisik.
6.      Pembentukan dewan sekolah, artinya bahwa dalam implementasi manajemen berbasis sekolah setiap sekolah harus membentuk dewan sekolahuntuk mengidentifikasi tujuan dan manfaat, merencanakan, melaksanakan program, serta berperan sebagai institusi penopang keberhasialan visi dan misi sekolah.

Konsep manajemen berbasis sekolah pada dasarnya merupakan suatu proses dalam mengembangkan keahlian dan budaya profesional. Dengan tumbuhnya buda professional pada diri para pengelola pendidikan akan berimplikasi terhadap perubahan dalam pemerintahan dan manajemen pendidikan sehingga akan mendorong perubahan organisasional lebih lanjut dalam upaya berkaitan mutu pendidikan dan tuntutan masyarakat.intinya manajemen berbasis sekolah akan mengimplikasikan adanya kebutuhan untuk berinovasi, kebutuhan mendesain kembali organisasi sekolah,serta kebutuhan untuk menciptakan perubahan dalam proses pembelajaran.
     
B. PENGERTIAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

        Dalam dunia pendidikan kurikulum memiliki peranan yang sangat penting karena kurikulum merupakan pedoman bagi guru dalam melaksanakan prosess pembelajaran di sekolah. Apa yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran harus sejalan dengan kurikulum yang digunakan. Oleh karena itu kurikulum harus bersifat dinamis. Seiring dengan perkembangan zaman, kurikulum pun mengalami perubahan dan perbaikan. Kurikulum dapat berubah sesuai denan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Akan tetapi perubahan dan perbaikan kurikulum yang dilakukan harus memiliki landasan berpijak yang jelas dan kokoh. Jika tidak maka akan mengalami biasdan tidak terarah sehingga tujuan yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Sepanjang kurun waktu tiga puluh empat tahun, kita sudah mengalami beberapa kali perubahan dan perbaikan kuriikulum yaitu:
1.      Kurikulum 1975 dikembangkan untuk memberbaharui kurikulum 1968
2.      Kurikulum 1984 dikembangkan untuk memperbaiki kurikulum 1975
3.      Kurikulum 1994 dikembangkan untuk memperbaiki kurikulum 1984
4.      Kurikulum 2004 dikembangkan untuk memperbaiki dan memperbaharui kurikulum 1994     

Dikaji dari segi waktu ,perubahan, dan perbaikan kurikulum sepanjang waktu tersebut bisa dianggap wajar,ketidakwajaran muncul tatkala perubahan dan perbaikan kurikulum tersebut tidaka berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan, malah sebaliknya terjadi penurunan kualitas pendidikan. Kurikulum 2004 yang dikenal dengan kurikulum berbasis kompetensi, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kurikulum 1994 dari segi penyajian. Kompetensi dikembangkan untuk memberikan dasar keterampilan dan keahlian berthan hidup dalam perubahan, pertentangan, ketidakmenentuan, ketidakpastian, dan kerumitan-kerumitan dalam kehidupan. Kompetensi dasar ini terdiri dari empat kompetensi berikut :
1.      Kompetensi akademik, artinya peserta didik harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengatasi tantangan dan persoalan hidup secara independen.
2.      Kompetensi okupasional, artinya peserta didik harus memiliki kesiapan dan mampu beradaptasi dengan dunia kerja.
3.      Kompetensi cultural, artinya peserta didik harus mampu menempatkan diri sebaik-baiknya dalam sistem budaya dan nilai masyarakat yang pluralistik
4.      Kompetensi temporal, artinya peserta didik harus tetap eksis dalam menjalani kehidupannya, serta mampu meemanfaatkan ketiga kemempuan dasar yang telah dimiliki sesuai dengan perkembangan zaman.
 
Kurikulum berbasis kompetensi diharapkan dapat mengakomodasi berbagai perbedaan, kesiapan, potensi akademik, minat siswa, lokalitas, lingkungan, dan budaya. Keragaman tersebut digunakan untuk memeksimalkan pencapaian hasil belajar, guna menapai keunggulan di berbagai bidang keahlian dalam menghadapi persaimgan global.     


C. KARATERISTIK KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

      Secara umum kurikulum berbasis kmpetensi memiliki karateristik sebagai berikut:
a.       Menitikberatkan pada pencapaian target kompeetensidaripada penguasaan materi.
b.      Mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia.
c.       Memberikan kebebasab yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan dilapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan program-program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.

  Kurikulum berbasis kompetensi diharapkan dapat lebih membantu para pelaksana pendiddikan dalam melaksanakan program pembelajaran karena dilengkapi dengan target yang jelas, materi pokok, standar hasil belajar siswa,dan prosedur pelaksanaan pembelajaran.
Kelebihan kurikulum berbasis kompetensi adalah sebagai berikut :
1.      Dapat dijadikan acuan secara nasional dalam mengembangkan mata pelajaran di masing- masing daerah.
2.      Memudahkan daerah untuk mengembangkan mata pelajaran sesuai dengan linhkungannya.
3.      Memberi peluang kepada sekolah untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensinya.
4.      Memudahkan guru dalam menentukan materi pelajaran.
5.      Meningkatlkn kreativitas guru dalam proses belajar .
6.      Memudahkan sistem evaluasi.

Kurikulum berbasis kompetensi memiliki makna bahwa proses pendidikan harus mampu mengantarkan peserta didik untuk menguasai kemempuan yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Menurut Boedionio (2002), kurikulum berbasis kompetensi terdiri dari empat komponen, yaitu sebagai berikut :
1.      Kurikulum dan hasil belajar.
2.      Penilaian berbaasis kelas.
3.      Kegiatan belajar-mengajar.
4.      Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah.

    Keempat komponen utama kurikulum berbasis kumpetensi inimerupakan suatu kesatuan yang menggambarkan seluruh rangkaian masa persekolahan sehingga jelaslah bahwa kurikulum berbasis kompetensi merupakan suatu pengembangan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kehidupan, keadaan sekolah, dan kebutuhan  siswa.

2.5. Implikasi Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi

                        PERANAN GURU DALAM PENGELOLAAN PEMBELAJARAN

                 Guru merupakan profesi atau pekerjaan yang memerlukan keahliankhusus, mengingat tugas dan tanggung jawabnya yang begitu kompleks, oleh karena itu seora g guru perlu memeiliki kompetensi dan profesionalisme yang tinggi. Keempat kopetensi yang harus dimiliki adalah :
1.      Penguasaan bidan studi, yang mencakup dua hal, penguasaan disiplin ilmu dan penguasaan kurikuler.
2.      Pemahaman tentang pserta didik.
3.      Penguasaan pembelajaran yang mendidik
4.      Pengembangan kepribadian dan keprofesionalan.

Kompetensi tersebut merupakan kompetensi yang berkaitan dengan tugas dan tanggun jawab sseorang guru di sekolah.sedangkan sebagai seorang professional guru juga dituntut memiliki :
1.      Keterampilan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang baik.
2.      Keahlian dalam badang tertentu sesui dengan bidang keahliannya.
3.      Pendidikan khusus bidang keguruan, serta
4.      Twnggung jawab yan tinggi terhadap profesi yang dijalani.

Disamping itu seorang guru harus menguasai keterampilan melaksanakan pembelajaran, keterampilan tersebut meliputi:
1.      Keterampilan memulai pelajaran.
2.      Keterampilan mengelola pelajaran.
3.      Keterampilan mengorganisasi waktu.
4.      Keterampilan melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar.
5.      Keterampilan mengakgiri pelajaran.

                         Keterampilan lain yang harus dikuasai guru dalam menerapkan kurikulum berbasis kompetensi dalam pembelajaran adalah keterampilan interpersonalnya. Guru harus dapat berkomunikasi dalam membantu menanamkan sikap positif oada diri siswa, seperti membantu siswa dalam memehami kelemahan dan kelebihan yang ada pada dirinya, menumbuhkan keperayaan diri, serta membantu mengungkapkan pemikiran dan perasaan siswa.






























           




                                                                     BAB III
KESIMPULAN


                        Jadi dapat disimpulkan bahwa, kurikulum merupakan suatu pedoman dalam proses pembelajara. Walaupun suatu kuriikulum itu mengalami perubahan, hal tersebut merupakan hal yang wajar karena sejalan dengan pengetahuan dan teknologi. Namun perubahan terseebut mesti memberikan dampak yang baik guna peningkatan kualitas suatu pendidikan itu sendiri, dan bukan malah sebaliknya.setiap kurikulum memiliki fungsi dan tujuan yang sama, yaitu tiada lain demi meningkatkan kualitas dari suatu proses pendidikan yang bersangkutan, dan juga tidak terlepas dari peranan seorang guru yang harus bisa memahami dengan baik isi kurikulum yang diterapkan. Sehingga apa yang menjadi tujuan kurikulum tersebut bisa berjalan dengan baik.















DAFTAR PUSTAKA

Hernawan ,Asep Herry,dkk. (2008). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Universitas Terbuka.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar