Kamis, 02 Oktober 2014

tatwa (samkya darsana )


TATWA
ARTIKEL SAMKHYA DARSANA
                                               IHDN DENPASAR
OLEH
NAMA   : LUH YANTINI
NIM    : 11.1.2.2.1.242
 






                                     
PENDIDIKAN BAHASA BALI
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA AGAMA
FAKULTAS DHARMA ACARYA
INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR
TAHUN 2014



SAMKHYA DARSANA
(Oleh: Luh Yantini )

I.       Pendahuluan
Samkhya dikatakan menjadi salah satu pandangan dunia metafisik tertua dan filosofi keselamatan . Kata Sankhya berarti menghitung , dan Samkhya disebut demikian karena menggambarkan dunia dengan cara enumerative . Dua puluh lima prinsip yang terdaftar di Samkhya . Dalam versi alternatif dan lebih rumit , prinsip-prinsip ini bersama dengan atribut mereka terdaftar sebagai enam puluh prinsip . Untuk alasan ini Samkhya juga disebut Ṣaṣṭhi Tantra ( yang berarti filosofi enam puluh prinsip ) .
Seperti darśanas lainnya , Samkhya memiliki konsep perbudakan (bandha) dan pembebasan ( moksa ) . Kurangnya pengetahuan diskriminatif antara Purusa (self atau kesadaran murni ) dan Prakrti ( alam atau bahan yang mendasari prinsip primal ) , adalah sumber dari mengikat ( bandha ) . Mendapatkan pengetahuan diskriminatif dan identifikasi dengan Purusa adalah sumber pembebasan ( moksa ) , yang merupakan puncak dari evolusi . Binding dan pembebasan adalah untuk Prakrti , dan tidak benar-benar untuk Purusa . Mereka hanya ditumpangkan pada Purusa , karena asosiasi Prakrti - purusa . Dunia ini tidak hanya terlihat , tapi nyata .
Purusa adalah asaṃga - cidrūpa , sadar selamanya tidak memiliki hubungan yang nyata . Dia adalah tempat tinggal pengetahuan, tetapi di negara dibebaskan atribut Purusa adalah tidak jada ( mengindra / lembam ) atau ānaṃda
 ( kebahagiaan) . Samkhya menegaskan keragaman Diri / Purusa .
Samkhya menjunjung tinggi pariṇāma vada , yang menjelaskan dunia sebagai manifestasi transformasional dari Prakrti . Prakrti , memiliki tiga atribut primal dari Satva , Rajas dan Tamas adalah pencipta dan dasar dari dunia yang terus mengubah . Ketiga atribut primal mengakibatkan tiga pengalaman primal makhluk - sukha ( kebahagiaan ) , Dukha ( kesedihan dan rasa sakit ) dan moha ( ilusi dan lampiran ) . Untuk alasan ini , Samkhya tidak mengakui suatu Isvara yang memimpin penciptaan ( misalnya Kapila Sutra 1,92 - Īśvarāsiddeḥ ; 5,2 - Neśvārādhiṣṭhite phala niṣpattiḥ ) . Prakrti adalah Dirinya sendiri akting dan penyebab substantif alam semesta . Dengan demikian Samkhya adalah Darsana Nirīśvara
Dalam pembahasan akan dijelaskan lebih rinci mengenai  samkhya darsana, dan hal-hal apa saja yang akan dibahas dalam samkhya darsana.  

II. Pembahasan
Sad Darsana adalah enam pandangan filsafat Hindu. Secara Epistemologi Filsafat yang mengkaji keberadaan sesuatu tentang sumber dan kebenaran pengetahuan (episteme), batas-batas pengetahuan, struktur pengetahuan dengan Logika, kebenaran dari Filsafat Ilmu. Secara Ontologi Filsafat yang mengkaji “keberadaan sesuatu” baik kongkrit (fisis), abstrak (metafisis) sejauh sesuatu itu “ada”. 
Seperti : Fisika (alam fisik), Biologi (manusia, binatang, tumbuhan) dan Metafisika (atman, Brahman, waktu). Secara Aksiologi Filsafat yang berbicara masalah nilai-nilai atau norma-norma yang ada pada  manusia, berkaitan dengan baik dan buruk, indah dan tidak indah.

Sad Darsana terdiri dari :
  1. Nyaya, Pendiri ajaran ini adalah Rsi Gotama. Kadang-kadang beliau juga memakai Aksapada atau Dirghatapa. Pokok ajaran Nyaya adalah logika (Tarka Veda). 
  2. Vaisiseka, Pendirinya adalah Rsi Kanada.Beliau juga dikenal dengan nama Kanabhaksaka. Vaisiseka mengajarkan tentang pengetahuan yang menuntut orang untuk realisasi sang diri. 
  3. Samkhya, Menurut tradisi yang mula-mula mengajarkan ajaran Samkhya ialah Rsi Kapila. Samkhya mengajarkan ajaran yang sistematis tentang proses perkembangan kejadian alam semesta.  
  4. Yoga, Pendiri ajaran ini adalah Rsi Patanjali. Yoga mengajarkan latihan mengendalikan badan dan pikiran untuk mencari tujuan terakhir yang disebut samadhi. 
  5. Purwa Mimamsa, Ajaran Mimamsa didirikan oleh Rsi Jaimini. Ajaran ini mengajarkan tentang dasar-dasar ajaran dharma, lebih menekankan kepada ritual dan etika dari pada filsafat. 
  6. Vedanta (Wedanta), bagian akhir dari weda. Ajaran ini disebut juga Utara Mimamsa Vedanda, merupakan puncak filsafat india yang berdasarkan atas ajaran Upanisad. Pokok ajaran Vedanta ialah membicarakan hubungan antara Tuhan dengan dunia, antara Atma dengan Paramatma. Tokoh pendiri Vedanta adalah Rsi Badrayana didalam kitab Bhagavadgita, Vedanta disebut Brahma Sutra. (Sura,1984:13) .

2.1 Samkyya Darsana

Pendiri dari sistem filsafat ini adalah Sri Kapila Muni, yang dikatakan sebagai putra Brahma dan Avatara Visnu. Kata Samkhya itu sendiri artinya jumlah dan sistem ini memberikan sejumlah prinsip-prinsip alam semesta yang sebanyak 25 buah, sehingga nama Samkhya tersebut sangatlah tepat. Istilah Samkhya juga dipergunakan dalam pengertian Vicara atau Perenungan filosofis.
Pada sistem Samkhya tak ada penyelidikan secara analitik kedalam alam semesta, seperti keberadaan yang sesungguhnya, yang merupakan susunan menurut topik-topik atau katagori-katagori, namun terdapat suatu sistem tiruan yang diawali dari satu tattwa atau prinsip mula-mula yang disebut Prakrti, yang berkembang atau mengasilkan (prokaroti) sesuatu yang lain.
Seperti telah disinggung didepan, Samkhya menggunakan 3 sistem atau cara mencari pengetahuan kebenaran, yaitu:

1.      Pratyaksa Pramana artinya pengamatan langsung, 
2.      Anumana Pramana artinya penyimpulan/ pemikiran logis
3.       Sabda Pramana artinya melalui tradisi lisan antara guru dengan siswa. Di Nusantara, Sabda Pramana, disebut juga dengan Agama Pramana, sebagai mana yang termuat dalam Wrhaspati Tattwa, sloka 26.[2]
Sistem Samkhya umumnya dipelajari setelah sistem Nyaya, karena ia merupakan sistem filsafat yang hebat, dimana para filsuf Barat juga sangat mengaguminya, karerna secara pasti ia menekankan dualitas dan pluralitas, karena mengajarkan bahwa ada Purusa atau Roh yang banyak sekali. 

Samkhya menyangkal bahwa suatu benda dapat dihasilkan dari ketiadaan. Prakrti dan Purusa adalah 
1.      Anadi artinya tanpa awal dan 
2.      Ananta (tanpa akhir; tak terbatas) 
Ketidak beradaan Aviveka antara keduanya merupakan penyebab adanya kelahiran dan kematian. Perbedaan antara Purusa dan Prakrti memberikan Mukti (pembebasan). Baik Purusa maupun Prakti adalah Sat nyata. 
1.      Purusa bersifat Asanga (tak terikat) dan merupakan kesadaran yang meresapi segalanya dan abadi. 
2.      Prakrti merupakan si pelaku dan si penikmat, yang tersusun dari atas materi dan rohani yang memiliki atau terpengaruh orah 3 guna atau sifat, yaitu Sattvam, Rajas dan Tamas. 
Prakrti artinya yang mula-mula, yang mendahului apa yang dibuat dan berasal dari kata “Pra” (sebelum), dan “Kri” (membuat mirip dengan Maya dari Vedanta)
Prakerti merupakan sumber dari alam semesta dan ia juga disebut sebagai Pradhana (pokok), karena semua akibat ditemukan padanya dan ia juga merupakan sumber dari segala benda. 
Ketiga guna tersebut tak pernah berpisah dan saling menunjang satu sama lain, serta saling bercampur. Keeratan hubungan seperti nyala api, minyak dan sumbu pada sebuah lampu. Ia membentuk substansi Prakrti. Akibat dari pertemuan antara Purusa dan Prakrti timbullah ketidak seimbangan dari tri guna tersebut yang menimbulkan evolusi atau perwujudan. Guna merupakan obyek-obyek, sedangkan Purusa merupakan subyek saksi. 
Prakrti berkembang di bawah pengaruh Purusa awal dari evolusi Prakrti adalah Mahat atau Kecerdasan Utama, yang merupakan penyebab alam semesta dan selanjutnya muncul Buddhi dan Ahamkara. Badan (perwakilan) merupakan milik dari ahamkara, yang merupakan prinsip yang menciptakan kepribadian. Dari Ahamkara muncullah Manas atau pikiran, yang membawa perintah-perintah dari ke hendak melalui organ-organ kegiatan Karma Indriya, baik yang merupakan konsep ataupun yang merupkan Sankalpa-Vikalpa, yang menirukan data-data indra kedalam pengamatan dan dalam hal ini pikiran mengambil bagian, baik dalam pengamatan maupun kegiatan. Dalam sistem Samkhya tak ada Prana Tattwa yang terpisah, di mana 5 Udara vital dihasilkan pikiran dan organ indra.
Sistem filsfat Samkhya disebut sebagai Nir-Isvara Samkhya atau Samkhya tanpa Tuhan, yaitu tidak mempercayai adanya Tuhan atau Isvara, sehingga sifatnya Atheis. Penciptaan berasal dari Prakrti yang ada dengan sendirinya dan tak ada sangkut pautnya dengan Purusa tertentu yang menjadikannya. Karena itu, para pengikut sistem filsafat Samkhya menyatakan bahwa tak perlu adanya pencipta yang cerdas atau bahkan satu kekuatan yang mengatasinya yang secara jelas bertentangan dengan sistem filsafat Vedanta.
Samkhya menerima teori pengembangan dan penyusutan, dimana sebab dan akibat merupakan keadaan yang belum berkembang dan pengembangan dari satu substansi yang sama. Dalam sistem ini tak ada sesuatu hal sebagai penghancuran total, karena dalam penghancuran, akibat terbawa menjadi penyebab; jadi hanya itu saja masalahnya. Jadi gambaran sentral dari filsafat Samkhya adalah akibat benar-benar ada sebelumnya di dalam penyebabnya, seperti seluruh keberadaan pepohonan yang dalam keadaan terpendam atau tertidur dalam benih (biji), demikian pula seluruh alam raya ini ada dalam keadaan tertidur dalam Prakrti yaitu Avyakta (tidak berkembang) ataupun Avyakrtta (tak terbedakan). Akibat atau hasil tidak berbeda dengan materi penyusunannya.

Samkhya memberikan suatu uraian katagori-katagori yang didasarkan pada ketepatan produktif masing-masing, yaitu:
1.      Produktif (Prakrti), 
2.      Produktif dan hasil (Prakrti-Vikrti), 
3.      Hasil (Vikrti), dan 
4.      Bukan produktif maupun hasil (Anubhayarupa).
Keempat klasifikasi ini termasuk 25 prinsip atau Tattwa. Prakrti atau Pradhana (pokok) merupakan produktif murni dan sumber dari semuanya, Tujuh prinsip berikutnya, yaitu kecerdasan (buddhi), kekuatan (Ahamkara) dan 5 tanmatra (dasar halus) adalah hasil dan produktif. Buddhi merupakan produktif, karena kekuatan (ahamkara) berasal dari pengembangannya; tetapi juga dihasilkan dari pengembangan Prakrti. Ahamkara, disamping merupakan hasil, ia juga produktif, karena menjadi sumber dari 5 dasar halus atau tanmatra. Ke-16 prinsip berikutnya, yaitu 10 organ (persepsi dan gerak), pikiran dan 5 unsur (bhuta), hanya merupkan hasil yang tak dapat menghasilkan substansi pokok lain yang berbeda dengan dirinya.
Purusa atau Roh, bukanlah hasil ataupun produk, karena purusa tanpa atribut. Jadi keseluruhan tattwa atau prinsip itu adalah: Purusa, Prakrti, Buddhi, Ahamkara, Manas, 5 tanmatra, 10 organ persepsi dan penggerak, 5 unsur (bhuta).

Penyelidikan terhadap sistem filsafat ini adalah untuk menemukan cara menghapuskan 3 macam penderitaan, yaitu: 
1.      yang didalam (Adyatmika), misalnya demam dan penyakit lain-lainnya; 
2.      yang bersifat surgawi atau diluar kekuasaan manusia (Adhidaivika), seperti: panas, dingin, banjir, geledek dsb; dan 
3.      yang diluar diri manusia atau mahluk lain (Adhibhautika), sperti sengatan kalajengking, gigitan ular dsb, serta penyakit akibat kelahiran. 
Menurut filsafat Samkhya, mereka yang mengetahui ke 25 prinsip tersebut, akan mencapai kebesan, karena penghentian terakhir dari 3 macam penderitaan tersebut merupakan akhir tujuan kehidupan. Samkya menguraikannya sebagai berikut: Dari pertemuan antara Purusa dan Prakrti, timbulah Mahat (yang agung), yang merupakan benih alam semesta, dimana segi psikologinya disebut Buddhi, yang memiliki sifat-sifat kebajikan pengetahuan, tidak bernafsu. 
Perbedaan antara Mahat dan Buddhi adalah sebagai berikut:
            Mahat merupakan asas kosmis sedangkan Buddhi merupakan asas kejiwaan, yaitu zat halus dari segala proses kecakapan mental untuk mempertimbangkan serta memutuskan segala hal yang diajukan oleh peralatan yang lebih rendah, sehingga Buddhi merupakan unsur ke-jiwaan yng tertinggi atau instansi terakhir bagi segala perbuatan moril dan intlektual
Dari Buddhi timbulah Ahamkara, yang merupakan sas individualisasi atau keakuan, yang menyebabkan segala sesuatunya memiliki latar belakang sendiri-sendiri (kepribadian), yang merupakan segi jiwani ahamkara tersebut; sedangkan segi kosmisnya merupakan subyek dan obyek yang masing-msing berdiri sendiri.
Perkembangan kejiwaan pertama setelah Ahamkara adalah Manas yang merupakan pusat indra yang bekerja sama dengan indra-indra lain mengamati kenyataan diluar badan manusia. Tugas Manas adalah untuk mengkoordinir rangsangan-rangsangan indra, dan mengaturnya sehingga menjadi petunjuk dan meneruskan kepada Ahamkara dan Buddhi. Sebaliknya Manas juga bertugas untuk meneruskan putusan kehendak Buddhi kepada peralatan indra yang lebih rendah. Buddhi, Ahamkara dan Manas secara bersama sama disebut sebagai peralatan bathin atau Antahkarana. 

Perkembangan kejiwaan yang kedua adalah Panca Indra persepsi (Buddhendriya atau Jnanendriya), yaitu: penglihatan, pendegaran, penciuman, perasa dan peraba. 
Selanjutnya perkembangan kejiwaan yang ketiga disebut sebagai Karmendriya atau lima organ penggerak yaitu: adya untuk berbicara, daya untuk memegang, daya untuk berjalan, daya untuk membuang kotoran dan daya untuk mengeluarkan benih, yaitu sperma dan ovum. Kesepuluh indra ini tak dapat diamati tetapi berada di dalam alat-alatnya yang tampak dan harus dibedakan dengan alat-alat itu sendiri.
Perkembangan fisik mengasilkan asas dunia luar, yang disebut unsur dan perkembangannya melalui 2 tahapan, yaitu: 
1.      Pada tahapan pertama berbentuk unsur halus (panca tan matra), yiatu: sari suara; sari raba, sari warna, sari rasa dan sari bau. 
2.      Pada tahap kedua terjadi kombinasi dari unsur-unsur halus yang menimbulkan unsur-unsur kasar yang disebut dengan panca mahabhuta, yaitu:





a)      Unsur suara menimbulkan akasa (ether, ruang)
b)      Unsur suara + raba menimbulkan vayu (udara)
c)      Unsur suara + raba + warna menimbulkan agni (teja, panas)
d)     Unsur suara + raba + warna + rasa menimbulkan apah (air)
e)      Unsur suara + raba + warna + rasa + bau menimbulkan prhiwi (tanah)

Akhirnya dari unsur kasar ini berkembanglah alam semesta raya ini dengan segala isinya (jagat), bumi dengan gunung-gunungnya, sungai-sungai, pepohonan serta mahluk hidup lainnya, yang kesemuanya merupakan perubahan prakerti.
Segala sesuatu yang didominasi oleh tamas kebanyakan berupa alam material, diantaranya sebagian yang termasuk bagian badan kita; tetapi yang didomiasi oleh fisik, sebab semua berasal dari Prakrti. Sekalipun demikian, karena kodratnya yang lebih halus, maka segala sesuatu yang didominasi Sattwam ini membantu Purusa dalam menyatakan obyek-obyek diluar manusia, karena Purusa bersifat pasif. Dan seluruh peralatan yang terdiri dari alat-alat bathin (Antahkarana) dengan segala alat bantunya yang bermacam (sepuluh indriya dan 5 tan matra) itu bersifat fisik dan menjadi syarat mutlak bagi purusa untuk memperoleh pengalaman. Semua ini bersifat khusus pada setiap orang dan menyertainya dalam seluruh kehidupan di dunai ini (Samsara), dan disebut tubuh halus (Lingga Sarira/Suksma Sarira). Tubuh ini tidak akan terpisah setelah seseorang walaupun badan kasarnya mati dan hanya dapat dipisahkan setalah seseorang mendapat pembebasan atau Moksa.
Badan kita yang tampak ini disebut sebagai badan kasar atau Sthula Sarira, yang tersusun atas ke 5 unur kasar atau panca mahabhuta, sehingga akan selalu berubah pada setiap saat. Didepan telah dinyatakan bahwa Purusa keadaannya berlawanan dengan Prakrti, dimanaa Purusa tidak berganda akan tetapi keadaan prakrti sangatlah kompleks, Purusa bersifat statis dan Prakti bersifat dinamis.
Purusa tidak mengalami perubahan tempat maupun bentuk, akan tetapi prakrti mengalami perubahan-perubahan. Pada diri Purusa hanya berfungsi sebagai penonton atau saksi, bukan sebagai si pelaku atau si penikmat. Hindup kejiwaan disebabkan hubungan dengan perkembangan rakerti yang menjadi alat-alat bathinnya.
Jadi singkatnya Purusa atau Sang Diri itu merupakan saksi si Pengamat (Drsta), penengah (Madyastha), satu-satunya (Kailivalya), pasif dan netral (Udasina). Purusa merupakan si pengamat yang menyatukan dirinya dengan Prakrti yang tanpa kecerdasan, seperti seorang limpuh yang menaiki bahu seorang buta, agar dapat memandang gejala penciptaan, dimana prakerti sendiri tidak dapat melihatnya. Yang lumpuh (Purusa) maupun yang buta (Prakrti) akan berpisah apabila mereka sampai ketempat yang dituju. Demikian Prakrti setelah dipengaruhi pembebasan sang Diri (Purusa), berhenti berbuat dan sang Diri mencapai Kaivalya atau kebahagiaan terakhir. Maswinara (1998:41-48)
Untuk lebih jelasnya mengenai ke 25 prinsip dalam samkya tersebut, menunjukkan bawa: Prakrti atau Pradhana (pokok) merupakan produktif murni dan sumber dari semuanya, Tujuh  prinsip berikutnya, yaitu kecerdasan (buddhi), kekuatan (Ahamkara) dan 5 tanmatra (dasar halus) adalah hasil dan produktif. Buddhi merupakan produktif, karena kekuatan (ahamkara) berasal dari pengembangannya; tetapi juga dihasilkan dari pengembangan Prakrti. Ahamkara, disamping merupakan hasil, ia juga produktif, karena menjadi sumber dari 5 dasar halus atau tanmatra. Ke-16 prinsip berikutnya, yaitu 10 organ (persepsi dan gerak), pikiran dan 5 unsur (bhuta), hanya merupkan hasil yang tak dapat menghasilkan substansi pokok lain yang berbeda dengan dirinya.
Purusa atau Roh, bukanlah hasil ataupun produk, karena purusa tanpa atribut. Jadi keseluruhan tattwa atau prinsip itu adalah: Purusa, Prakrti, Buddhi, Ahamkara, Manas, 5 tanmatra, 10 organ persepsi dan penggerak, 5 unsur (bhuta), untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam skhema sebagai berikut: (Tim Penyusun, 1993:120)
Dari uraian di atas dapat dapat dijelaskan kembali bahwa, pada hakekatnya Asal mula alam semesta adalah sama dengan manusia, sehingga disebut dengan istilah Buana Agung (Alam) dan Buana Alit (manusia). Pada Buana Agung Tuhan itu disebut 
1.      Purusa (Pencipta) dan 
2.      Prakrti disebut Alam nyata ini (hasil ciptaannya), pada diri manusia unsur Purusa itu menjadi Jiwatman, sedangkan unsur prakrti menjadi Badan
Suksma sarira terjadi dari : 
1.      Budhi, 
2.      Ahamkara/Ahangkara, 
3.      Manas, 
disebut Tri Antah Karana, dengan fungsinya: Budhi berfungsi untuk menetukan keputusan, Manas berfungsi untuk berpikir, Ahangkara fungsinya untuk merasakan dan bertindak. 

Dasendriya terdiri dari sepuluh bagian yaitu: 
1.      Panca budindriya; Mata, Telinga, Hidung, Lidah, Kulit.
2.       Panca Karmendriya; Tangan, Kaki, Perut, Kelamin dan Anus. 
Panca Tanmatra; (1). Sabda tanmatra-sari suara,( 2). Sparsa tanmatra-sari rabaan( 3). Rupa tanmatra-sari warna, (4). Rasa tanmatra-sari rasa, (5). Gandha tanmatra-sari bau.
Panca Mahabhuta: 
1.      tulang belulang, otot,daging dan segala yang padat sifanya terjadi dari pertiwi
2.      darah, lemak, kelenjar, empedu, air badan dan segala yang cair terjadi dari rasa atau apah,
3.      Panas badan, sinar mata dan segala yang panas dan bercahya terjadi dari rupa atau teja
4.      Napas dan Udara dalam badan terjadi dari sparsa atau wayu
5.      Rongga dada, ronga mulut dan segla rongga terjadi dari sabda dan akasa.
Dengan memelihara dan memahmi kedua puluh lima unsur ini, maka kita akan sehat jasmani dan rohani, yang dapat dikatakan mencapai jiwan mukti moksah semasih hidup, dan menyatu setelah meninggal

III.    Penutup
Samkhya juga disebut dengan Sankhya adalah salah satu aliran dalam filsafat Hindu. Para ahli meyakini bahwa ajaran ini berakar dari nilai-nilai positif atheis. Kemudian Maharsi Kapila, putra Devaguti, membangun ajaran Samkhya yang bersifat theistik
Samkhya adalah ajaran filsafat tertua dalam filsafat India. Karya sastra mengenai Saṁkhya yang kini dapat diwarisi adalah Saṁkhyakarika yang di tulis oleh Īśvarakṛṣṇa sekitar 200 SM. Ajaran Saṁkhya ini sudah sangat tua umurnya, dibuktikan dengan termuatanya ajaran Saṁkhya dalam sastra-sastra Śruti, smrti, itihasa dan purana. Saat ini ajaran Samkhya yang murni sudah tidak eksis lagi, tapi ajaran ini banyak membawa pengaruh pada ajaran Yoga dan Wedanta. Kata Saṁkhya berarti: pemantulan, yaitu pemantulan filsafati. Ajaran Saṁkhya bersifat realistis karena didalamnya mengakui realitas dunia ini yang bebas dari roh. Disebut dualistis karena terdapat dua realitas yang saling bertentangan tetapi bisa berpadu, yaitu purusa dan prakrti.
Terkait dengan ajaran Samkhya, pengetahuan didapatkan melalui tiga pola pemikiran yang disebut dengan tri pramana yaitu :Pratyaksa Pramana artinya pengamatan langsung, Anumana Pramana artinya  pemikiran logis / logika, dan Sabda Pramana artinya  melalui tradisi lisan antara guru dengan siswa. Di Nusantara, Sabda Pramana, disebut juga dengan Agama Pramana
DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, Gede Rudia.2003.Pengetahuan Dasar Agama Hindu.STAH DNJ;Jakarta
Dr T.G. Mainkar. 2004. Samkhyakarika dari Isvarakrsna dengan komentar dari Gaudapada. Dehli., Chaukhamra Sanskrit Pratishthan
Larson , Gerald James ( 1998) , Klasik Samkhya : Dalam interpretasi Sejarah Its dan Makna , London : Motilal Banarasidass , ISBN 81-208-0503-8
Pudja, Gede.2003.Bhagawad Gita.Paramita;Surabaya.
Puja, Gede. 1983. Tatwa Darsana. CV Nusa Dua Jaya Indah:Jakarta.
Rai, I Gusti Ngurah.2012.Modul Sradha.Jakarta.
Sudiani, Ni Nyoman.2012.Materi Ajar Mata Kuliah Darsana.STAH DNJ:Jakarta.
Sudirga, Ida Bagus.2003.Agama Hindu.Ganeca Exact;Jakarta.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar