PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Tuhan yang menciptakan bhuwana agung beserta isinya, dan juga bhuana
alit. Bhuwana alit dapat bergerak atau
hidup disebabkan oleh Tuhan. Tuhan atau Ida Sang Hyang Widi Wasa yang
ada didalam bhuana alit disebut dengan jivatman. Sebagai umat Hindu kita
percaya dengan adanya atman yang memberi hidup kepada semua makluk. Atman
merupakan percikan sinar suci dari Tuhan atau ada yang menyebutkan juga bahwa
atman adalah bagian terkecil dari Brahman. Atman tidak terhitung jumlahnya,
tidak terlahirkan dan juga tidak akan pernah mati. Atman bersifat kekal abadi.
Atman yang ada dalam makluk yang satu sama dengan atman yang ada dalam makluk
lainya. Didalam Hindu kita mengenal ajaran “ Tat Tvam Asi” yang berarti engkau
adalah aku, aku adalah engkau, kita semua sejatinya sama. Oleh karena itu
sebagai manusia yang mengerti akan ajaran ini hendaknya mempunyai rasa tenggang
rasa terhadap sesama, menyayangi binatang / tidak menyakitinya dan juga menjaga
serta melestarikan lingkungan.
Dewasa ini banyak terjadi hal – hal yang asusila, seperti seorang ayah tega
membunuh istrinya sendiri, mutilasi, pemerkosaan, dan tindakan – tindakan
kriminal lainnya. Apakah mereka tidak menyadari dengan apa yang dilakukanya?
Seharusnya sesama manusia kita saling menghormati dan menghargai, bukannya
saling menyakiti dan sampai membunuh. Oleh karena itu memahami hakekat dari
atman mempunyai arti yang penting. Dengan menyadari bahwa manusia sesungguhnya
adalah Tuhan (jivatman) yang mempunyai akal dan pikiran, dan kita sejatinya
adalah sama, maka jangan sampai melakukan hal – hal asusila yang dilarang oleh
Tuhan.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimanakah pengertian
Punarbhawa ?
1.2.2.
Bagaimanakah sloka-sloka yang menyebutkan tentang Punarbhawa?
1.2.3. Bagaimana
Siklus Brahman Atman aikyam ?
1.3
Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian
Punarbhawa.
1.3.2.
Untuk mengetahui sloka-sloka yang menyebutkan tentang Punarbhawa.
1.3.3 Untuk
mengetahui siklus Brahman Atman aikyam
1.4
Manfaat
1.4.1.
Bagi mahasiswa sekaligus sebagai calon guru dan sebagai makhluk ciptaannya,
supaya bisa mengerti dengan baik
mengenai apa itu Punarbhawa, sloka-sloka tentang Punarbhawa, dan
bagaimana siklus Brahman
Atman aikyam tersebut.
1.4.2.
Bagi penulis hendaknya dapat lebih memahami tentang apa itu Punarbhawa,
sloka-sloka tentang Punarbhawa, dan bagaimana siklus Brahman Atman aikyam tersebut.
PEMBAHASAN
2.1. PUNARBHAWA TATWA.
2.1.1.
Pengertian Punarbawa
Pengertian Punarbhawa
tattwa : Kata Punarbhawa berasal dari bahasa sansekerta, terdiri dari 2 kata
yaitu
punar yang
berarti lagi,kembali dankata Bhawa yang berarti menjelma. Jadi Punarbhawa
berarti kelahiranyang berulang ulang yang juga disebut penitisan atau
samsara.Punarbhawa atau samsara ini terjadi diakibatkan oleh adanya hukumkarma
, dimana karma yang jelek menyebabkan atma menjelma kembaliuntuk memperbaiki
perbuatannya itu atau atma itu masih dipengaruhi oleh karma wesana(bekas bekas
atau sisa sisa perbuatan) ataukenikmatan duniawi sehingga tertarik untuk lahir
ke dunia.
Punarbhawa
atau samsara adalah bagian keempat dari Panca Sradha sebagai dasar keyakinan
Umat Hindu. Pengertian sederhana adalah bahwa pada saat seseorang meninggal
dunia maka jiwatman akan melepaskan badan jasmaninya ( stula sarira ), menuju
sorga atau neraka. Proses jiwatman meninggalkan stula sarira kemudian lahir
kembali menggunakan jasmani yang baru inilah disebut Punarbhawa
2.1.2.
Sloka-Sloka yang menyebutkan tentang Punarbhawa
Samsara atau Punarbhawa ini terjadi oleh karena Jiwatman
masih dipengaruhi oleh kenikmatan, dan kematian akan diikuti oleh kelahiran”.
Demikian pula disebutkan:
Sribhagavan uvacha,
bahuni me vyatitani,
janmani tava cha rjuna,
rani aham veda sarvani,
na tvam paramtapa
(Bh. G. IV.5)
Sri Bhagawan (tuhan) bersabda, banyak kelahiran-Ku di masa
lalu, demikian pula kelahiranmu arjuna semuanya ini Aku tahu, tetapi engkau
sendiri tidak,. Parantapa.
Atman
yang masih diselubungi oleh suksma sarira dan masih terikat oleh adanya
kenikmatan duniawi, menyebabkan Atman itu awidya, sehingga Ia belum bisa
kembali bersatu dengan sumbernya yaitu Brahman (Hyang Widhi). Hal ini
menyebabkan atman itu selalu mengalami kelahiran secara berulang-ulang.
Segala
bentuk prilaku atau perbuatan yang dilakukan pada masa kehidupan yang lampau
menyebabkan adanya bekas (wasana) dalam jiwatman. Dan wasana (bekas-bekas
perbuatan) ini ada bermacam-macam. Jika wasana itu hanya bekas-bekas
keduniawian, maka jiwatman akan lebih cenderung dan gampang ditarik oleh
hal-hal keduniawian sehingga atman itu lahir kembali.
Karmabhumiriya brahman,
phlabhumirasau mata
iha yat kurate karma tat,
paratrobhujyate.
(S.S.7)
Sebab sebagai manusia sekarang ini adalah akibat baik dan
buruknya karma itu juga akhirnya dinikmatilah karma phala itu. Artinya baik
buruk perbuatan itu sekarang akhirnya terbukti hasilnya. Selesai menikmatinya,
menjelmalah kembali ia, mengikuti sifat karma phala. Wasana berarti sangskara,
sisa-sisa yang ada dari bau sesuatu yang tinggal bekas-bekasnya saja yang
diikuti hukuman yaitu jatuh dari tingkatan sorga maupun dari kawah-kawah
neraka, adapun perbuatan baik ataupun buruk yang dilakukan di akhirat, tidaklah
ia berakibat sesuatu apapun, oleh karena yang sangat menentukan adalah
perbuatan-perbuatan baik atau buruk yang dilakukan sekarang juga.
Karma dan Punarbhawa ini merupakan suatu proses yang
terjalin erat satu sama lain. Secara singkat dapat dikatakan bahwa karma adalah
perbuatan yang meliputi segala gerak, baik pikiran, perkataan maupun tingkah
laku. Sedangkan punarbhawa adalah kesimpulan dari semua karma itu yang terwujud
dalam penjelmaan tersebut. Setiap karma yang dilakukan atas dorongan acubha
karma akan menimbulkan dosa dan Atman akan mengalami neraka serta dalam
Punarbhawa yang akan datang akan mengalami penjelmaan dalam tingkat yang lebih
rendah, sengsara, atau menderita dan bahkan dapat menjadi mahluk yang lebih
rendah tingkatannya. Sebaliknya, setiap karma yang dilakukan berdasarkan
cubhakarma akan mengakibatkan Atman (roh) menuju sorga dan jika menjelma kembali
akan mengalami tingkat penjelmaan yang lebih sempurna atau lebih tinggi. Di
dalam Weda (S.S.48) dinyatakan sebagai berikut:
“Adharmarucayo
mandas,
tiryaggatiparayanah,
krocchram
yonimanuprapya,
na
windanti sukham janah.
Adapun
perbuatan orang yang bodoh, senantiasa tetap berlaku menyalahi dharma; setelah
ia lepas dari neraka, menitislah ia menjadi binatang, seperti biri-biri, kerbau
dan lain sebagainya; bila kelahirannya kemudian meningkat, ia menitis menjadi
orang yang hina, sengsara, diombang-ambingkan kesedihan dan kemurungan hati,
dan tidak mengalami kesenangan.
Sedangkan
orang yang selalu berbuat baik (cubhakarma), Sarasmuccaya menyebutkan: “Adapun
orang yang selalu melakukan karma baik (cubhakarma), ia dikemudian hari akan
menjelma dari sorga, menjadi orang yang tampan (cantik), berguna, berkedudukan
tinggi, kaya raya dan berderajat mulia. Itulah hasil yang didapatnya sebagai
hasil (phala) dari perbuatan yang baik”.
Kesimpulannya,
dengan keyakinan dengan adanya Punarbhawa ini maka orang harus sadar, bahwa
bagaimana kelahirannya tergantung dari karma wasananya. Kalau ia membawa karma
yang baik, lahirlah ia menjadi orang berbahagia, berbadan sehat dan berhasil
cita-citanya. Sebaliknya bila orang membawa karma yang buruk, ia akan lahir
menjadi orang yang menderita. Oleh karena itu kelahiran kembali ini adalah
kesempatan untuk memperbaiki diri untuk meningkat ke taraf yang lebih tinggi.
Iyam hi yonihprathama,
yam prapya jagattpate
atmanam cakyate tratum,
karmabhih cubhalaksanaih
(S.S. 4)
Menjelma menjadi manusia itu sungguh-sungguh utama; sebabnya
demikian, karena ia dapat menolong dirinya sendiri dari keadaan sengsara (lahir
dan mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat baik; demikianlah keuntungannya
dapat menjelma menjadi manusia.
Sopanabhutam Swargasya,
manusyam prapya durlabham,
tathamanam samadyad,
dhwamsetana purna yatha
. (S.S. 6)
Kesimpulannya, pergunakanlah dengan sebaik-baiknya
kesempatan menjelma menjadi manusia ini, kesempatan yang sungguh sulit
diperoleh, yang merupakan tangga untuk pergi ke sorga; segala sesuatu yang
menyebabkan agar tidak jatuh lagi, itulah hendaknya dilakukan.
Diantara
semua mahluk hidup yang ada didunia ini, manusia adalah mahluk yang utama. Ia
dapat berbuat baik maupun buruk, serta dapat melebur perbuatannya yang buruk
dengan perbuatan yang baik. Oleh karena itu seseorang sepatutnya bersyukur dan
berbesar hati lahir sebagai manusia. Karena sungguh tidaklah mudah untuk dapat
dilahirkan menjadi manusia sekalipun manusia hina.
Itulah
sebabnya, maka seorang hendaknya dapat menghargai dan menggunakan kesempatan
yang amat berharga ini untuk membebaskan diri dari kesengsaraan dan menuju pada
kebahagiaan yang abadi yang sisebut Moksa atau kelepasan. Memang sungguh
disayangkan, apabila kesempatan yang baik ini berlalu tanpa makna. Kelahiran
manusia dikatakan berada ditengah-tengah antara sorga dan neraka. Jika
kebajikan yang diperbuat maka tentulah hidupnya akan meningkat, tetapi jika
dosa yang dilakukan, sudah pastilah akan jatuh ke neraka. Jadi setiap kali
kelahiran sebagai manusia patutlah digunakan sebaik-baiknya untuk meningkatkan
hidup ke jenjang yang lebih mulia dan luhur.
Dalam rangka
meningkatkan karma baik maka pada saat berdoa mohonlah agar kita senantiasa
menjadi alat pembalas karma yang baik. Oleh karena itu, gunakan hidup ini
sebaik-baiknya untuk meningkatkan karma sehingga setiap kelahiran berikutnya
bisa meningkatkan kualitas dan kesucian jiwatman. Punarbbhawa atau tumimbal
lahir atau samsara adalah bagian keempat dari Panca Sradha sebagai dasar
keyakinan Umat Hindu. Pengertian sederhana adalah bahwa pada saat seseorang
meninggal dunia maka jiwatman akan melepaskan badan jasmaninya ( stula sarira
), menuju sorga atau neraka. Untuk meningkatkan kualitas jiwatman maka setelah
waktu tertentu jiwatman kembali kedunia dengan menggunakan badan jasmani yang
baru.
Proses jiwatman
meninggalkan stula sarira kemudian lahir kembali menggunakan jasmani yang baru
inilah disebut Punarbhawa.
Untuk memahami dan meyakini hukum punarbhawa bisa kita lakukan secara logika maupun dengan meyakini Wahyu Tuhan melalui kitab-kitab suci.Jika kita perhatikan bahwa alam ini semuanya mengalami siklus ( perputaran ). Bahkan planet-planet ini bisa stabil pada tempatnya karena berputar. Ada perputaran siang dan malam, Perputaran waktu, perputaran rantai makanan, perputaran dari air laut mejadi awan, kemudian turun hujan dan kembali ke laut, dan masih banyak lagi jenis-jenis perputaran kehidupan. Intinya bahwa segala sesuatu di alam ini mengalami perputaran sehingga bisa stabil. Demikian juga manusia yang lahir, tumbuh besar, kemudian meninggal maka akan mengalami perputaran untuk lahir kembali.
Untuk memahami dan meyakini hukum punarbhawa bisa kita lakukan secara logika maupun dengan meyakini Wahyu Tuhan melalui kitab-kitab suci.Jika kita perhatikan bahwa alam ini semuanya mengalami siklus ( perputaran ). Bahkan planet-planet ini bisa stabil pada tempatnya karena berputar. Ada perputaran siang dan malam, Perputaran waktu, perputaran rantai makanan, perputaran dari air laut mejadi awan, kemudian turun hujan dan kembali ke laut, dan masih banyak lagi jenis-jenis perputaran kehidupan. Intinya bahwa segala sesuatu di alam ini mengalami perputaran sehingga bisa stabil. Demikian juga manusia yang lahir, tumbuh besar, kemudian meninggal maka akan mengalami perputaran untuk lahir kembali.
Dari pemahaman
inijelas bahwa manusia akan mengalami punarbhawa.
Kemudian dalam Kitab Suci Bhagawad gita.
Kemudian dalam Kitab Suci Bhagawad gita.
beberapa sloka menyiratkan secara jelas
tentang punarbhawa antara lain :
1. Seperti halnya sang jiwatman yang melewatkan
waktunya dalam badan ini dari masa kanak-kanak, remaja dan usia tua, demikian
juga bila ia berpindah ke badan yang lainnya. Orang bijaksana tak akan
terbingungkan oleh hal ini.” ( Bab II, sloka 13 )
2. Bagaikan seseorang yang menanggalkan pakaian
usang dan mengenakan pakaian lain yang baru, demikianlah jiwatman yang berwujud
mencampakkan badan lama yang telah usang dan mengenakan badan jasmani baru. “ (
Bab II, sloka 22 )
3. Bagi seseorang yang lahir, kematian sudahlah
pasti dan pasti ada kelahiran bagi mereka yang mati, sehingga terhadap hal yang
tak terrelakkan ini janganlah engkau berduka.” ( Bab II, sloka 27).
Hubungan Karmaphala dengan
Punarbhawa dalam Kitab Sarasamuscaya sloka 4 dikatakan :
4. Menjelma menjadi manusia itu adalah
sungguh-sungguh utama; sebabnya demikian, karena ia dapat menolong dirinya dari
keadaan sengsara (lahir dan mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat baik;
demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia.”
Masih
banyak sloka-sloka lain yang menjelaskan tentang punarbhawa ini.
- Hubungan Karmaphala dengan
Punarbhawa, Dalam Kitab Sarasamuscaya sloka 4 dikatakan
1. Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama; sebabnya demikian, karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara ( lahir dan mati berulang-ulang ) dengan jalan berbuat baik; demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia.
Dari
sloka di atas ada dua point yang dapat kita petik penekannya yaitu :
- Untuk berbuat baik kesempatan yang paling luas adalah bila menjelma menjadi manusia.
- Berbuat baik ( Subha karma ) adalah cara untuk melepaskan diri dari keadaan samsara ( punarbhawa ).
Jadi bila manusia semasa hidupnya banyak berbuat baik maka
kelahiran berikutnya akan meningkat kualitasnya. Demikian juga bila semasa
hidupnya banyak berbuat dosa maka kelahiran berikutnya akan menurun
kualitasnya. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan terlahir sebagai binatang
atau tumbuhan. Oleh karena itu setiap menjalani kehidupan kewajiban manusia
adalah untuk meningkatkan Subhakarma sehingga setiap kelahiran berikutnya bisa
meningkat kualitasnya sampai akhirnya tujuan hidup yaitu moksartham jagathita
tercapai.
2.1.3. Siklus Brahman
Atman aikyam
Jika digambarkan proses hidup manusia dan kelahirannya
sampai bersatunya atman dengan brahman ( Brahman Atman aikyam) seperti di bawah
ini :
Keterangan :
1. Garis tebal merupakan kehidupan saat
ini.
2. Garis tipis kehidupan kelahiran
dengan kualitas meningkat yang menuju bersatunya Brahman
3. Garis putus-putus kehidupan
kelahiran dengan kualitas menurun yang semakin jauh dari Brahman.
Kesimpulan :
Gunakan hidup ini sebaik-baiknya untuk meningkatkan karma
sehingga setiap kelahiran berikutnya bisa meningkatkan kualitas dan kesucian
jiwatman.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Berdasarkan
isi dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
1.
Suatu
alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila alat tersebut
memiliki atau memenuhi dua hal, yakni ketepatan atau validitasnya dan ketetapan
atau keajegannya atau reliabilitasnya.
2.
Validitas
berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga
betul-betul menilai apa yang yang seharusnya dinilai. Penilaian tersebut tidak
tepat (valid). Alat penilaian yang telah valid untuk suatu tujuan tertentu
belum otomatis akan valid untuk tujuan yang lain.
3.
Reliabilitas
berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai
taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang
tetap. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan
hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat
dikatakan tidak berarti.
4.
Validitas
terkait dengan ketepatan objek yang tidak lain adalah tidak menyimpangnya data
dari kenyataan, artinya bahwa data tersebut benar, maka konsep reliabilitas
terkait dengan pemotretan berkali-kali.
3.2
Saran
Demikianlah makalah ini kami
buat, semoga apa yang telah disajikan akan memberikan ilmu dan informasi.
Selanjutnya demi kesempurnaan makalah ini kami memohon saran dan kritik guna
memperbaiki dikemudian hari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar