KECERDASAN
MANUSIA
Kecerdasan adalah
kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru dengan cepat
dan efektif. Kecerdasan juga merupakan kemampuan individu untuk berbuat sesuai
dengan tujuan tertentu.
Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual
itu adalah kemampuan orang untuk memberi makna dalam kehidupan. Ada juga orang
yang mengartikan kecerdasan spiritual itu sebagai kemampuan untuk tetap bahagia
dalam situasi apapun tanpa tergantung kepada situasinya. Kecerdasan spiritual
dapat pula diartikan sebagai kemampuan individu terhadap mengelola nilai-nilai,
norma-norma dan kualitas kehidupan dengan memanfaatkan kekuatan suara hati.
Ciri orang yang cerdas
spiritual itu di antaranya adalah senang berbuat baik, senang menolong orang
lain, telah menemukan tujuan hidupnya, jadi merasa rnemikul sebuah misi yang
mulia kemudian merasa terhubung dengan sumber kekuatan di alam semesta (Tuhan
atau apapun yang diyakini, kekuatan alam semesta misalnya), dan punya sense of
humor yang baik. Di Amerika, pelatihan-pelatihan kecerdasan spiritual ditujukan
untuk itu, yaitu melatih orang memilih kebahagiaan di dalam hidup.
Penelitian itu
dilanjutkan sampai muncul aliran di dalam psikologi yang membuat terapi baru.
Dulu kalau ada orang depresi diobati dengan obat anti depresi seperti prozak,
sekarang cukup disuruh beramal, menolong orang lain, ternyata terjadi
perbaikan. Dengan menolong dan beramal, dia menemukan bahwa hidupnya bermakna,
dan itu namanya kecerdasan spiritual, jadi orang yang cerdas spiritual itu bukan
yang paling rajin salatnya, tapi yang senang membantu orang lain, mempunyai
kemampuan empati yang tinggi, juga terhadap penderitaan orang lain, dan bisa
memilih kebahagiaan dalam hidupnya.
Pengujian tingkat kecerdasan spritual seseorang,
dapat dilakukan dari beberapa sudut pandang, seperti :
a. Dari sudut pandang spiritual keagamaan
(relasi vertikal, hubungan dengan yang Maha Kuasa).
Sudut pandang ini akan melihat
sejauh manakah tingkat relasi spritual kita dengan Sang Pencipta, Hal ini dapat
diukur dari “segi komunikasi dan intensitas spritual individu dengan Tuhannya”.
Menifestasinya dapat terlihat dari pada frekwensi do’a, makhluq spritual,
kecintaan kepada Tuhan yang bersemayam dalam hati, dan rasa syukur
kehadirat-Nya. Khavari lebih menekankan segi ini untuk melakukan pengukuran
tingkat kecerdasan spritual, karena ”apabila keharmonisan hubungan dan relasi
spritual keagamaan seseorang semakin tinggi maka semakin tinggi pula tingkat
kualitas kecerdasan spritualnya”
b.
Dari sudut pandang relasi sosial
keagamaan.
Sudut pandang ini melihat
konsekwensi psikologis spritual-keagamaan terhadap sikap sosial yang menekankan
segi kebersamaan dan kesejahteraan sosial. Kecerdasan spiritual akan tercermin
pada ikatan kekeluargaan antar sesama, peka terhadap kesejahteraan orang lain
dan makhluk hidup lain, bersikap dermawan. Perilaku marupakan manifestasi dari
keadaan jiwa, maka kecerdasan spritual yang ada dalam diri individu akan
termanifestasi dalam perilakunya. Dalam hal ini SQ akan termanifestasi dalam
sikap sosial. Jadi kecerdasan ini tidak hanya berurusan dengan ke-Tuhanan atau
masalah spiritual, namun akan mempengaruhi pada aspek yang lebih luas terutama
hubungan antar manusia.
c.
Dari sudut pandang etika
sosial.
Sudut pandang ini dapat
menggambarkan tingkat etika sosial sebagai manifestasi dari kualitas kecerdasan
spiritual. Semakin tinggi tingkat kecerdasan spritualnya semakin tinggi pula
etika sosialnya. Hal ini tercermin dari ketaatan seseorang pada etika dan
moral, jujur, dapat dipercaya, sopan, toleran, dan anti terhadap kekerasan.
Dengan kecerdasan spritual maka individu dapat menghayati arti dari pentingnya
sopan santun, toleran, dan beradap dalam hidup. Hal ini menjadi panggilan
intrinsik dalam etika sosial, karena sepenuhnya kita sadar bahwa ada makna
simbolik kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari yang selalu mengawasi atau
melihat kita di dalam diri kita maupun gerak-gerik kita, dimana pun dan kapan
pun, apa lagi kaum beragama, inti dari agama adalah moral dan etika.
Kecerdasan Emosional
Kecerdasan
emosional merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri,
ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan,
serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang
dapat menempatkan emosinya pada posisi yang tepat, memilah kepuasan, dan
mengatur suasana hati. Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan,
memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber
energy dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut mengenal
jenis-jenis perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan
orang lain dan menanggapinya secara tepat, menerapkan secara efektif energy
emosi dalam kehidupan sehari-hari.
Dimensi-dimensi Kecerdasan
Emosional
Secara
Intrapersonal:
1. Self
Regard, kemampuan untuk dapat menghargai dan menerima sifat dasar pribadi yang
pada dasarnya baik
2. Emotional
Self-Awareness, kemampuan untuk mengenali perasaan sendiri
3. Assertiveness,
kemampuan untuk mengekspresikan perasaan, keyakinan, dan pemikiran serta
mempertahankan hak pribadi secara konstruktif
4. Independence,
kemampuan untuk dapat mengarahkan dan mengendalikan diri dalam berpikir dan
bertindak serta menjadi lebih bebas secara emosional
5. Self
Actualizaton, kemampuan menyadari kapasitas potensi diri
Secara
Intrapersonal:
1. Emphaty,
kemampuan memahami, mengerti, serta menghargai perasaan orang lain
2. Social
Responsibility, kemampuan untuk menampilkan diri secara kooperatif, kontributif
dan
konstruktif sebagai anggota kelompok masyarakat
3. Interpersonal
Relationship, kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang saling
menguntungkan yang tercermin dari kedekatan afektif serta keinginan untuk
saling member dan menrima
Pendapat
lain menyatakan bahwa Kecerdasan Emosional memiliki lima wilayah yaitu:
1. Kesadaran
diri. Kesadaran diri dalam mengenali sewaktu perasaan itu terjadi merupakan
dasar kecerdasan emosional. Pada wilayah ini diperlukan adanya pemantauan
perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan dan pemahaman tentang diri.
Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri berada
dalam kekuasaan perasaan, sehingga tidak peka pada perasaan sesungguhnya akan
berakibat buruk pada pengambilan keputusan masalah.
2. Kemampuan
mengelola emosi. Kemampuan dalam mengelola emosi sebagai landasan dalam
mengenal diri sendiri atas emosi. Emosi dikatakan berhasil jika ddikelola.
Adapun langkah yang dilakukan hendaknya: mampu menghibur diri ketika ditimpa
kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit
kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya
dalam mengelola emosi akan terus-menerus bertarung melawan perasaan, melarikan
diri pada hal-hal negative. Dengan demikian pada dasarnya semua hal tersebut
membawa akibat dalam kemampuan mengatasi emosi diri sendiri agar bisa
mengungkapkan secara tepat dalam mengatasi emosi yang dialaminya.
3. Memotivasi
diri. Arti dari memotivasi diri merupakan usaha yang dilakukan seseorang
tergerak untuk melakukan sesuatu karenaingin mencapai tujuan yang dikehendaki.
Kemampuan seseorang dalam memotivasi diri dapat ditelusuri melalui berbagai
hal, di antaranya: cara mengendalikan dorongan hati, derajat kecemasan yang
berpengaruh terhadap unjuk kerja sekarang, kekuatan berpikir positif, dan
optimisme. Seseorang yang memiliki kemampuan memotivasi diri akan cenderung
memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala seuatu yang terjadi dalam
dirinya.
4. Kemampuan
berempati. Kata empati memiliki arti kemampuan alam perasaan seseorang
menempatkan diri dalam perasaan orang lain sehingga bisa memahami pikiran,
perasaan, dan perilakunya. Kemampuan berempati merupakan kemampuan seseorang
dalam meghangatkan suasana untuk menempatkan dirinya pada situasi dan perasaan
orang lain, tetapi ia tetap berada di luar perasaan orang lain dan tetap
mempertahankan perasaan dirinya.
5. Kemampuan
menjalin hubungan sosial. Menjalin hubungan sosial dengan orang lain merupakan
sifat yang hakiki pada diri manusia sebagai mahluk sosial. Kemampuan tersebut
dibuktikan manusia dalam pergaulan dengan orang lain dan penampilan yang
selaras dengan alam perasaanya sendiri. Selain itu ia juga bisa memimpin dan
mengorganisir orang lain dan mampu mengatasi permasalahan yang muncul dalam
pergaulan antar sesama manusia.
Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan Intelektual merupakan
kecerdasan dasar yang berhubungan dengan proses kognitif (menulis, membaca,
menghitung, menghafal, menjawab). Kecerdasan ini merupakan kecerdasan rasional
karena menggunakan potensi rasio dalam memecahkan masalah. Kecerdasan
Intelektual ini ditunjukkan dengan kemampuanyang dimiliki individu pada
masalah-masalah daya ingat, daya nalar, penguasaan kosa kata, ketepatan
menghitung, menganalisis data.
Tugas Individu:
1. Temukan
masalah-masalah dalam keseharian anda
2. Deskripsikan
secara ringkas
3. Sampaikan
bagaimana cara anda mengatasinya
4. Kaitkan
dengan kecerdasan-kecerdasan tersebut di
atas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar