Kamis, 02 Oktober 2014

spiritual


KECERDASAN MANUSIA

Kecerdasan adalah kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru dengan cepat dan efektif. Kecerdasan juga merupakan kemampuan individu untuk berbuat sesuai dengan tujuan tertentu.

Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual itu adalah kemampuan orang untuk memberi makna dalam kehidupan. Ada juga orang yang mengartikan kecerdasan spiritual itu sebagai kemampuan untuk tetap bahagia dalam situasi apapun tanpa tergantung kepada situasinya. Kecerdasan spiritual dapat pula diartikan sebagai kemampuan individu terhadap mengelola nilai-nilai, norma-norma dan kualitas kehidupan dengan memanfaatkan kekuatan suara hati.
Ciri orang yang cerdas spiritual itu di antaranya adalah senang berbuat baik, senang menolong orang lain, telah menemukan tujuan hidupnya, jadi merasa rnemikul sebuah misi yang mulia kemudian merasa terhubung dengan sumber kekuatan di alam semesta (Tuhan atau apapun yang diyakini, kekuatan alam semesta misalnya), dan punya sense of humor yang baik. Di Amerika, pelatihan-pelatihan kecerdasan spiritual ditujukan untuk itu, yaitu melatih orang memilih kebahagiaan di dalam hidup. 
Penelitian itu dilanjutkan sampai muncul aliran di dalam psikologi yang membuat terapi baru. Dulu kalau ada orang depresi diobati dengan obat anti depresi seperti prozak, sekarang cukup disuruh beramal, menolong orang lain, ternyata terjadi perbaikan. Dengan menolong dan beramal, dia menemukan bahwa hidupnya bermakna, dan itu namanya kecerdasan spiritual, jadi orang yang cerdas spiritual itu bukan yang paling rajin salatnya, tapi yang senang membantu orang lain, mempunyai kemampuan empati yang tinggi, juga terhadap penderitaan orang lain, dan bisa memilih kebahagiaan dalam hidupnya.

Pengujian tingkat kecerdasan spritual seseorang, dapat dilakukan dari beberapa sudut pandang, seperti :

a.           Dari sudut pandang spiritual keagamaan (relasi vertikal, hubungan dengan yang Maha Kuasa). 
Sudut pandang ini akan melihat sejauh manakah tingkat relasi spritual kita dengan Sang Pencipta, Hal ini dapat diukur dari “segi komunikasi dan intensitas spritual individu dengan Tuhannya”. Menifestasinya dapat terlihat dari pada frekwensi do’a, makhluq spritual, kecintaan kepada Tuhan yang bersemayam dalam hati, dan rasa syukur kehadirat-Nya. Khavari lebih menekankan segi ini untuk melakukan pengukuran tingkat kecerdasan spritual, karena ”apabila keharmonisan hubungan dan relasi spritual keagamaan seseorang semakin tinggi maka semakin tinggi pula tingkat kualitas kecerdasan spritualnya”


b.         Dari sudut pandang relasi sosial keagamaan. 
Sudut pandang ini melihat konsekwensi psikologis spritual-keagamaan terhadap sikap sosial yang menekankan segi kebersamaan dan kesejahteraan sosial. Kecerdasan spiritual akan tercermin pada ikatan kekeluargaan antar sesama, peka terhadap kesejahteraan orang lain dan makhluk hidup lain, bersikap dermawan. Perilaku marupakan manifestasi dari keadaan jiwa, maka kecerdasan spritual yang ada dalam diri individu akan termanifestasi dalam perilakunya. Dalam hal ini SQ akan termanifestasi dalam sikap sosial. Jadi kecerdasan ini tidak hanya berurusan dengan ke-Tuhanan atau masalah spiritual, namun akan mempengaruhi pada aspek yang lebih luas terutama hubungan antar manusia.
c.         Dari sudut pandang etika sosial. 
Sudut pandang ini dapat menggambarkan tingkat etika sosial sebagai manifestasi dari kualitas kecerdasan spiritual. Semakin tinggi tingkat kecerdasan spritualnya semakin tinggi pula etika sosialnya. Hal ini tercermin dari ketaatan seseorang pada etika dan moral, jujur, dapat dipercaya, sopan, toleran, dan anti terhadap kekerasan. Dengan kecerdasan spritual maka individu dapat menghayati arti dari pentingnya sopan santun, toleran, dan beradap dalam hidup. Hal ini menjadi panggilan intrinsik dalam etika sosial, karena sepenuhnya kita sadar bahwa ada makna simbolik kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari yang selalu mengawasi atau melihat kita di dalam diri kita maupun gerak-gerik kita, dimana pun dan kapan pun, apa lagi kaum beragama, inti dari agama adalah moral dan etika.

Kecerdasan Emosional
            Kecerdasan emosional merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada posisi yang tepat, memilah kepuasan, dan mengatur suasana hati. Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energy dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut mengenal jenis-jenis perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain dan menanggapinya secara tepat, menerapkan secara efektif energy emosi dalam kehidupan sehari-hari.
Dimensi-dimensi Kecerdasan Emosional
Secara Intrapersonal:
1.      Self Regard, kemampuan untuk dapat menghargai dan menerima sifat dasar pribadi yang pada dasarnya baik
2.      Emotional Self-Awareness, kemampuan untuk mengenali perasaan sendiri
3.      Assertiveness, kemampuan untuk mengekspresikan perasaan, keyakinan, dan pemikiran serta mempertahankan hak pribadi secara konstruktif
4.      Independence, kemampuan untuk dapat mengarahkan dan mengendalikan diri dalam berpikir dan bertindak serta menjadi lebih bebas secara emosional
5.      Self Actualizaton, kemampuan menyadari kapasitas potensi diri
Secara Intrapersonal:
1.      Emphaty, kemampuan memahami, mengerti, serta menghargai perasaan orang lain
2.      Social Responsibility, kemampuan untuk menampilkan diri secara kooperatif, kontributif
dan konstruktif sebagai anggota kelompok masyarakat
3.      Interpersonal Relationship, kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang saling menguntungkan yang tercermin dari kedekatan afektif serta keinginan untuk saling member dan menrima
Pendapat lain menyatakan bahwa Kecerdasan Emosional memiliki lima wilayah yaitu:
1.      Kesadaran diri. Kesadaran diri dalam mengenali sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Pada wilayah ini diperlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan dan pemahaman tentang diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan, sehingga tidak peka pada perasaan sesungguhnya akan berakibat buruk pada pengambilan keputusan masalah.
2.      Kemampuan mengelola emosi. Kemampuan dalam mengelola emosi sebagai landasan dalam mengenal diri sendiri atas emosi. Emosi dikatakan berhasil jika ddikelola. Adapun langkah yang dilakukan hendaknya: mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus-menerus bertarung melawan perasaan, melarikan diri pada hal-hal negative. Dengan demikian pada dasarnya semua hal tersebut membawa akibat dalam kemampuan mengatasi emosi diri sendiri agar bisa mengungkapkan secara tepat dalam mengatasi emosi yang dialaminya.
3.      Memotivasi diri. Arti dari memotivasi diri merupakan usaha yang dilakukan seseorang tergerak untuk melakukan sesuatu karenaingin mencapai tujuan yang dikehendaki. Kemampuan seseorang dalam memotivasi diri dapat ditelusuri melalui berbagai hal, di antaranya: cara mengendalikan dorongan hati, derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja sekarang, kekuatan berpikir positif, dan optimisme. Seseorang yang memiliki kemampuan memotivasi diri akan cenderung memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala seuatu yang terjadi dalam dirinya.
4.      Kemampuan berempati. Kata empati memiliki arti kemampuan alam perasaan seseorang menempatkan diri dalam perasaan orang lain sehingga bisa memahami pikiran, perasaan, dan perilakunya. Kemampuan berempati merupakan kemampuan seseorang dalam meghangatkan suasana untuk menempatkan dirinya pada situasi dan perasaan orang lain, tetapi ia tetap berada di luar perasaan orang lain dan tetap mempertahankan perasaan dirinya.
5.      Kemampuan menjalin hubungan sosial. Menjalin hubungan sosial dengan orang lain merupakan sifat yang hakiki pada diri manusia sebagai mahluk sosial. Kemampuan tersebut dibuktikan manusia dalam pergaulan dengan orang lain dan penampilan yang selaras dengan alam perasaanya sendiri. Selain itu ia juga bisa memimpin dan mengorganisir orang lain dan mampu mengatasi permasalahan yang muncul dalam pergaulan antar sesama manusia.

Kecerdasan Intelektual
            Kecerdasan Intelektual merupakan kecerdasan dasar yang berhubungan dengan proses kognitif (menulis, membaca, menghitung, menghafal, menjawab). Kecerdasan ini merupakan kecerdasan rasional karena menggunakan potensi rasio dalam memecahkan masalah. Kecerdasan Intelektual ini ditunjukkan dengan kemampuanyang dimiliki individu pada masalah-masalah daya ingat, daya nalar, penguasaan kosa kata, ketepatan menghitung, menganalisis data.

Tugas Individu:
1.      Temukan masalah-masalah dalam keseharian anda
2.      Deskripsikan secara ringkas
3.      Sampaikan bagaimana cara anda mengatasinya
4.      Kaitkan dengan  kecerdasan-kecerdasan tersebut di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar